Jumat, 26 September 2025 09:20 UTC
Sulton, anak penderita stunting dan bocor jantung asal Kecamatan Perak, Jombang. Dok: Warga
JATIMNET.COM, Jombang – Seorang bocah berusia 7 tahun, Sulton, asal Dusun Tondowulan, Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, harus berjuang dengan tubuh mungilnya melawan stunting dan kelainan bocor jantung sejak kecil, hingga membuat kondisi kesehatannya semakin lemah.
Anak itu tinggal bersama ibunya, Nur Azizah, 34 tahun, dan sang nenek. Orang tuanya sudah berpisah sejak lama, sehingga Azizah menjadi satu-satunya tumpuan keluarga.
Untuk menghidupi anak dan ibunya yang sepuh, ia bekerja sebagai buruh di pabrik pemotongan ayam di Palosari. Kondisi keluarga tersebut dibenarkan Kepala Dusun Tondowulan, Galang.
“Kalau sakitnya kambuh, dia sering menangis lama. Susah sekali ditenangkan,” ucap Galang saat ditemui di lokasi, Jumat sore, 26 September 2025.
BACA: Menuju Desa Bebas Stunting, Pemdes Ngepung Jadikan Program Prioritas RKPDes 2026
Setiap satu hingga dua minggu sekali, Sulton menjalani pemeriksaan rutin di Puskesmas. Namun, pengobatan lanjutan belum bisa dilakukan secara maksimal.
Galang menyebutkan perjuangan keluarga Sulton layak mendapatkan perhatian lebih dan selama ini tidak ditanggung BPJS atau masih mandiri.
“Nur Azizah ini luar biasa. Dia harus bekerja untuk biaya makan, sekolah anak-anak, juga mengurus ibunya. Sulton dan kakaknya memang sejak kecil sering sakit, tapi sekarang tinggal si adik yang masih butuh penanganan serius," kata Galang.
BACA: Kota Mojokerto Terbaik I Penanganan Stunting se-Jatim, Ning Ita: Bukti Kerja Keras Bersama
Warga berharap ada uluran tangan dari pemerintah maupun dermawan agar Sulton bisa memperoleh perawatan medis yang lebih intensif.
“Kami di desa hanya bisa membantu sebisanya. Tapi untuk pengobatan khusus, jelas butuh dukungan lebih. Harapan kami ada bantuan dari pemerintah agar Sulton bisa mendapatkan perawatan medis yang layak," katanya.
Meski sakit yang dideritanya cukup berat, semangat Sulton untuk belajar tetap tinggi. Ia masih berangkat sekolah dan mengaji di TPQ, meski kadang harus berhenti karena sakit.
"Semoga bisa segera mendapatkan perawatan intensif, mengingat penyakit yang diderita bukan penyakit biasa," ujar Galang.