Minggu, 04 November 2018 05:17 UTC
no image available
JATIMNET.COM, Surabaya – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meluncurkan buku saku menghadapi bencana edisi 2018. Buku saku yang dicetak ribuan ini juga dibagikan dalam bentuk soft file.
Di dalam buku ini disampakan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana. Meski dicetak ribuan, namun masih sangat kurang dibandingkan dengan 267 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini.
Keterbatasan anggaran menyebabkan BNPB tidak dapat memproduksi banyak. Oleh karena itu, jika ada dunia usaha, BUMN, NGO, organisasi masyarakat dan lainnya yang ingin mencetak dan membagikan kepada masyarakat luas, BNPB tentu akan senang hati menyambutnya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan, bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi di Indonesia karena Indonesia rawan bencana. Yang penting adalah apakah kita sudah siap menghadapi bencana itu. Kesiapsiagaan dan mitigasi adalah hal yang penting.
Tanpa itu maka dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa besar kerugian ekonomi yang besar.
Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan. Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan. Gempa bumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Gempa bumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Kenali bahayanya dan kurangi risikonya. Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai tahun bencana. Data BNPB mencatat, selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang.
Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempabumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan kerusakan dan kerugian Rp 17,13 trilyun. Begitu juga gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 18,48 trilyun. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah.
Selama tahun 2018, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26/2/2018 yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada 22/2/2018 yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang.
Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12/10/2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang. Gempabumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29/7/2018, 5/8/2018, dan 19/8/2018 menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi. Bencana gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28/9/2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi.
Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda masih rendah dalam menghadapi bencana besar. Ini dibuktikan berdasarkan polling bencana, ternyata 77% menyatakan belum siap, 14% menyatakan cukup siap, dan 9% menyatakan siap.
Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional.
Sosialisasi dan pendidikan kebencanaan harus ditingkatkan. Masih banyak masyarakat yang belum paham ancaman bencana dan antisipasi yang dilakukan. Pendidikan bencana perlu memasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak SD-SMA. Ini sesuai pendapat masyarakat dari polling bencana. 97% menyatakan pendidikan bencana wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sedangkan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju.