Logo

Bluder Cokro Madiun, Usaha Keluarga yang Tembus Pasar Nasional

Reporter:

Rabu, 13 April 2022 02:20 UTC

Bluder Cokro Madiun, Usaha Keluarga yang Tembus Pasar Nasional

Roti Bluder Cokro terpajang di etalase salah satu gerai sekaligus pabrik makanan legendaris tersebut. Foto.Nd.Nugroho

JATIMNET.COM, Surabaya – Selain brem dan sambel pecel, Madiun ternyata memiliki pilihan kuliner yang lain. Ya, roti bluder yang salah satu mereknya adalah Bluder Cokro. Nama usaha itu mulai dirintis oleh almarhumah Ny Suzana di era 1989-an.

Usaha yang kini diteruskan sang anak bermula dari ketidaksengajaan. Suatu hari, perempuan itu membuat jamuan untuk kerabat maupun teman yang biasa berkumpul di kediamannya di Jalan Cokro, Kota Madiun. Jamuannya adalah roti bluder dan dinyatakan enak oleh yang mencicipi, kala itu.

Suzana disarankan untuk berbisnis roti. Perempuan yang memiliki hobi cooking dan baking ini pun tertarik. Roti yang dulunya dikenal sebagai makanan kaum bangsawan Belanda ini mulai dititipkan kepada penjual kue di Pasar Kawak di Jalan Kutai.

BACA JUGA : Kuliner Enak Khas Madiun, Bikin Ketagihan

Pemilik usaha Bluder Cokro saat ini, Hary Sasono, mengatakan bahwa penjualan per hari kala itu masih sangat sedikit. “Dari 20 yang dititipkan, laku satu atau dua saja per hari,” ujar pria yang merupakan penerus usaha roti itu belum lama ini.

Semangat Ny Suzana, yang merupakan ibu dari Hary tidak kendor. Ia terus menawarkan produk roti bikinannya ke sejumlah toko di Kota Madiun. Secara perlahan, penjualannya juga meningkat hingga 50 biji roti bluder per hari.

Seiring dengan itu jumlah produksi roti yang berlangsung di kediaman keluarga Hary di Jalan Cokroaminoto, Kota Madiun ditambah. Upaya ini untuk memenuhi permintaan konsumen yang juga meningkat. Hingga akhirnya, di era 1990-an pemilik usaha mendapatkan pesanan 1.000 pcs roti bluder dari pihak Lanud Iswahjudi.

Seiring berjalannya waktu, roti bluder semakin dikenal. Produksi perhari meningkat dari 120 – 150 pcs menjadi 300-400. Kondisi ini berlangsung sejak 2004 hingga 2013. ”Pada tahun 2004 mama meninggal dunia, usaha roti diteruskan oleh kakak,” ucap Hary.

Kemudian, pada tahun 2013, kakak Hary menyerahkan usaha roti bluder Cokro kepada pihak keluarga. Hary, akhirnya yang didapuk sebagai penerus dari usaha yang dirintis almarhumah ibunya. Sejumlah inovasi dilakukan, seperti pembaharuan alat yang sebelumnya manual menjadi otomatis.

BACA JUGA : Delapan Kuliner Khas Bondowoso Wajib Dicoba, Nasi Mamong Favorit

Sejak saat itu, Hary mampu memproduksi 2.000 hingga 2.500 pcs roti rata-rata per hari. Karena kapasitas tempat usaha yang lama di Jalan Cokroaminoto, Kota Madiun tak dapat menampung, bapak dari dua anak ini membangun pabrik baru di Jalan Hayam wuruk.

Di tempat baru dengan gaya bangunan klasik Eropa itu, jumlah produksi yang mampu diproduksi sebanyak 12 ribu hingga 15 ribu rata-rata per hari. Adapun penjualannya sudah tersebar di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Malang.

“Untuk varian rasa, sekarang ada 21. Selain coklat, keju, original, ada kismis, coklat keju, taro, klepon, kopi, bluerberry, dan sebagainya,” jelas Hary sembari menyatakan resep roti bluder tidak diubah sejak era Ny Suzana.