Logo

BI Antisipasi Inflasi dengan Klaster Telur Ayam di Blitar

Reporter:

Rabu, 03 October 2018 05:40 UTC

BI Antisipasi Inflasi dengan Klaster Telur Ayam di Blitar

BI Kediri menyiapkan klaster telur ayam guna menjaga harga kebutuhan pangan bisa mengontrol inflasi di Jatim. FOTO: DOK.

JATIMNET.COM, Kediri – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kediri, Jawa Timur mempersiapkan pembentukan klaster khusus telur ayam di Kabupaten Blitar. Langkah ini bagian dari upaya stabilisasi harga bahan pokok sekaligus untuk menekan inflasi.

Dikutip dari Antara, Rabu 3 Oktober 2018 dengan jumlah ayam petelur 15.170.000 ekor dan produksi mencapai 151.931 ton telur menjadikan Kabupaten Blitar sebagai salah satu penghasil telur terbesar di Jatim.

Angka tersebut menjadikan Blitar sebagai menyuplai kebutuhan telur Jatim hingga 70 persen dan 30 persen sisanya untuk permintaan nasional.

“Kami (akan) membentuk klaster telur ayam di Blitar, yang didukung peternak telur ayam. Jadi, bentuknya klaster untuk pengendalian inflasi,” kata Kepala Tim Penasihat dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Kediri Nasrullah di Kediri, Rabu 3 Oktober 2018.

Selain itu, BI Kediri turut mendorong mulai dari hulu hingga hilir, seperti penyediaan bahan pakan. Nasrullah menambahkan, klaster dimulai pada 2019, namun saat ini sudah mulai dipersiapkan pembentukannya.

Pemerintah Kabupaten Blitar juga sudah menyiapkan nota kesepahaman pada Juli 2019. Isi dari nota kesepahaman itu akan ditindaklanjuti dengan perjanjian kerja sama secara B to B (business to business), yakni antara Badan Usaha Milik Daerah PT Food Station Tjipinang dengan Koperasi Putera Blitar.

Adapun Pemkab Blitar menyiapkan 200.000 ton telur ayam untuk dikirim ke DKI Jakarta.

“Ada perjanjian dan untuk harga juga bisa disesuaikan. Ketika harga naik, nanti untuk pembelian juga harganya akan naik, sehingga peternak juga menikmati keuntungan. Jika harga turun, ikut turun tapi tidk drastis,” lanjutnya.

Ia juga menilai, dengan klaster ini akan lebih bisa menjaga stabilitas harga bahan pokok. Saat ini, telur bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, tapi juga dimanfaatkan untuk bantuan pangan non tunai bagi warga penerima.

Terkait dengan bahan baku pakan ayam yang mayoritas impor, Nasrullah mengakui kebijakan impor akan ditangani oleh pemerintah. Hanya saja BI menganjurkan agar untuk pakan ayam lebih dioptimalkan bahan baku dari dalam negeri.

Sementara itu, Perwakilan Koperasi Putera Blitar sekaligus peternak ayam petelur Rofi Yasifun mengatakan peternak dari Blitar sudah memulai mengirimkan 100 ton atau 100 ribu paket telur ayam ke Ibu Kota sejak Mei 2018. Untuk harga yang diterapkan di awal kerjasama kurang lebih Rp 19.000 per kilogram dan terus dievaluasi setiap bulannya.