
Reporter
Restu C WidariJumat, 5 November 2021 - 02:20
Editor
Bruriy Susanto
Bentuk prototipe dari Bhusana untuk daur ulang pakaian.
JATIMNET.COM, Surabaya - Limbah industri tekstil masih menjadi salah satu permasalahan urgent di Indonesia hingga saat ini. Berdasar itulah, Tim Go Go Haf dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menciptakan sebuah prototipe yang dinamakan Bhusana, dengan tujuan untuk mempermudah dalam pendistribusian dan pendaurulangan pakaian.
Tim Go Go Haf ini beranggotakan para mahasiswa dari berbagai departemen di ITS, yakni Fitria Urbach dan Aprilia Susanti yang berasal dari Departemen Matematika, serta Fairuz Hasna Rofifah yang berasal dari Departemen Teknik Informatika. Selain itu, Tim Go Go Haf dibimbing oleh salah satu dosen pembimbing ITS yang berasal dari Departemen Teknik Informatika yaitu Hadziq Fabroyir.
Ketua Tim Go Go Haf Fitria Urbach mengatakan bahwa tujuan mereka dalam menciptakan Bhusana adalah untuk mempermudah dan meningkatkan baik efisiensi maupun transparansi dalam distribusi daur ulang pakaian.
“Gerakan fesyen berkelanjutan melalui proses daur ulang pakaian akan bisa diterapkan dengan baik jika turut melibatkan pemerintah di dalamnya,” kata Fitria.
Baca Juga: Incubits, Platform Bantu Permasalahan Air dan Sanitasi
Menurut penjelasan Tim Go Go Haf, terdapat tiga proses yang harus dilakukan oleh pengguna, yaitu proses pengumpulan, proses pengambilan, dan proses pemilahan. Proses pengumpulan adalah proses di mana donatur pakaian memfoto pakaian yang akan didonasikan.
Kemudian, Bhusana akan mengenali pakaian tersebut dengan tiga macam klasifikasi, yaitu pakaian layak pakai, pakaian tidak layak pakai kerusakan minor, dan pakaian tidak layak pakai kerusakan mayor.
Setelah melewati proses tersebut, Bhusana akan mencetak Kode Quick Response (QR) untuk identitas pakaian dan Bhusana akan membuka tutup kotak secara otomatis.
Setelah itu, donatur diharapkan untuk meletakkan pakaian tersebut ke dalam kotak dan nantinya donatur akan memperoleh kupon yang nantinya dapat ditukarkan untuk sembako. “Selanjutnya, data pakaian yang sudah terkumpul pada kotak Bhusana akan dikirimkan ke database cloud service,” ia memaparkan.
Baca Juga: Guru Besar ITS Soroti Revisi Permen ESDM Terkait PLTS Atap
Menurut Fitria, selanjutnya proses pengambilan adalah pengiriman truk yang bertugas untuk mengambil setiap pakaian yang telah tersimpan dalam kotak Bhusana yang tersebar di kelurahan. Kemudian, truk tersebut akan berangkat menuju bank daur ulang pakaian.
“Pakaian akan dipilah antara yang layak dan tidak layak pakai di bank dengan bantuan QR Code,” ia mengungkapkan.
Pada akhirnya, proses pemilahan dilakukan dengan cara petugas mengambil keputusan dalam hal penyaluran pakaian pakaian bekas tersebut. Dijelaskan Fitria, terdapat tiga pilihan destinasi.
Yaitu pakaian tidak layak pakai dengan kerusakan minor akan disalurkan ke Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bahan produksi.
Lalu, pakaian tidak layak pakai dengan kerusakan mayor akan dikirim ke pabrik daur ulang sampah tekstil, dan pakaian layak pakai harus melalui tahapan outfit matching terlebih dahulu.