Logo

Bercampur Belerang, Ribuan Ikan Telaga Ngebel Mati Mendadak 

Reporter:,Editor:

Rabu, 10 February 2021 03:00 UTC

Bercampur Belerang, Ribuan Ikan Telaga Ngebel Mati Mendadak 

IKAN: Joko Prayitno saat akan membersihkan ikan yang mati di keramba miliknya, Rabu 10 Februari 2021. Foto Gayuh

JATIMNET.COM, Ponorogo – Ribuan ekor ikan nila yang berada di keramba Telaga Ngebel tiba-tiba mati dan mengambang dalam beberapa hari terakhir. Fenomena ini terjadi sejak Senin 8 Februari kemarin ketika air telaga ngebel tiba-tiba berubah menjadi keruh kemerahan.

Salah satu Petani keramba ikan nila, Joko Prayitno mengatakan fenomena ribuan ikan mati ini diakibatkan karena air telaga ngebel bercampur dengan belerang. Menurutnya sejak Senin pagi air telaga sudah mulai keruh dan sore harinya sudah mulai nampak ribuan ekor mengambang dibeberapa keramba petani.

“Ada lebih dari 50 petani keramba yang terdampak air belerang telaga ngebel,” kata Joko, Rabu 10 Februari 2021.

Joko sendiri saat ini memiliki sekitar 33 keramba ikan nila yang kesemuanya terdampak air belerang telaga. Menurutnya fenomena air belerang di Telaga Ngebel sebetulnya biasa terjadi pada Juni sampai Agustus saat cuaca mulai dingin, namun tahun ini berlangsung lebih cepat sehingga petani belum sempat untuk memanen ikannya.

“Sebenarnya bulan Februari berencana untuk dipanen, namun justru belerang datang lebih cepat,” ujar Joko.

Akibatnya ia harus merugi sekitar 2,5 ton ikan nila yang seharusnya siap untuk dipanen. Bahkan ikan nila yang sudah terlanjur mati tersebut harus rela dibuang karena jika dipaksa untuk dimasak rasanya tidak akan terasa enak. “Kalau sudah mengambang seperti ini sudah tidak bisa dimasak, harus dibuang atau dikubur, agar tidak berbau,” cakap Joko.

Sementara salah satu ketua kelompok tani keramba, Pujo Widodo menuturkan jika hampir sepanjang tahun fenomena air bercampur belerang selalu menyerang telaga ngebel. Bahkan saat Gunung Kelud yang berada di Kabupaten Kediri meletus 2014 silam, fenomena air belerang hampir berlangsung selam satu bulan penuh.

“Kalau seperti ini biasanya akan berlangsung selama satu minggu, setelah itu kita amati lagi apakah sudah aman untuk menebar benih ikan kembali, kalau aman maka keramba akan diisi kembali,” pungkas Pujo.