Selasa, 26 March 2019 15:17 UTC
PINTAL. Luh Gede Indrawati memperlihatkan cara memintal benang di acara peringatan Hari Rimba di Claket, Mojokerto, Selasa 26 Maret 2019. Foto: baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Mojokerto – Tingginya permintaan benang sutra dari Jepang yang mencapai 10 kilogram per bulan belum mampu dipenuhi perajin benang sutra yang tergabung Koperasi Kupu Sutra di Purwodadi, Kabupaten Pasuruan.
Salah satu perajin Luh Gede Indrawati mengaku baru mampu memproduksi satu kilogram per bulan menggunakan mesin manual. Kapasitas dari kemampuan produksinya masih jauh dari harapan. Selain itu ketersediaan bahan baku masih belum mencukupi untuk mendukung produksi.
“Terus terang saya tidak mampu memenuhi permintaan tersebut karena kemampuan kami hanya satu kilogram,” kata Luh Gede Indrawatai, dijumpai di sela pameran hasil hutan dalam acara peringatan Hari Rimbawan di Taman Hutan Raya (Tahura) Rade Soerjo Claket Mojokerto, Selasa 26 Maret 2019.
BACA JUGA:Â Koperasi Ini Mulai Ekspor Kopi ke AS
Wanita kelahiran Bali ini mengaku masih banyak hambatan, salah satunya soal pembiayaan. Indrawati kesulitan membeli kepompong ulat sutra dari peternak. Mayoritas peternak meminta dibayar di muka.
Di lain sisi, proses produksi secara manual membutuhkan waktu selama 40 hari, untuk menghasilkan satu kilogram dari bahan mentah seberat sepuluh kilogram.
Namun jika menggunakan mesin, masih menurut Luh Gede, sepuluh kilogram bahan mentah mampu menghasilkan lima kilogram sutra dengan proses waktu yang hampir sama.
BACA JUGA:Â Setengah Koperasi di Malang tidak Sehat
Sebetulnya Koperasi Kupu Sutra di Kabupaten Pasuruan ini sudah memberikan bantuan mesin pemintal benang. Namun jumlah yang dikucurkan baru mencapai 15 unit dari jumlah anggota yang mencapai 300 orang.
Sementara itu, Ketua Koperasi Kupu Sutra, Antok mengatakan, anggota yang mendapat bantuan mesin pintal benang budi daya sudah kuat. Karena itu pihaknya terus berupaya menguatkan produksi budi daya para petani.
“Petani di desa selama ini telah kami beri bantuan modal Rp 100 ribu, begitu juga dengan telur ulat dan pelatihan gratis,” kata Antok. Sejauh ini peran koperasi selama ini banyak membantu meningkatkan produksi peternak. Meskipun sejauh ini belum mampu memenuhi permintaan dari luar negeri.