Rabu, 18 November 2020 15:20 UTC
BELUM DIREKOMENDASI. Ilustrasi proses uji coba belajar tatap muka di salah satu sekolah tingkat SMA di Jawa Timur. Foto: IST
JATIMNET.COM, Surabaya – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum memberi rekomendasi metode pembelajaran tatap muka di seluruh tingkatan pendidikan. Langkah ini bagian dari pencegahan penyebaran Covid-19 yang belum semua daerah mengarah ke zona hijau.
Belum adanya rekomendasi pembelajaran tatap muka ini sesuai dengan imbauan WHO. Di mana daerah (kota/kabupaten) wajib menyelesaikan penanganan virus corona yang lebih baik.
“Pembelajaran tatap muka belum direkomendasikan selama suatu daerah belum menjadi zona hijau, atau setidaknya zona kuning,” kata dr. Endah Setyarini, S.pa dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, Rabu 18 November 2020.
Endah, dalam diskusi daring bertema “Vaksin Covid-19 dan Kesiapan Anak Menjalani Pembelajaran Tatap Muka” yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Tulungagung yang didukung Unicef Indonesia, mengatakan ada banyak hal yang perlu menjadi pertimbangan.
BACA JUGA: Unicef Sebut Pernikahan Anak Masih Tinggi di Jawa
Pertama melakukan pemetaan kasus positif per kelurahan. Kemudian pemetaan lokasi sekolah yang meliputi asal lokasi siswa. ”Bisa saja sekolahnya zona hijau, tapi muridnya berasal dari zona merah. Risioknya terjadi penularan ke sesama siswa, kemudian ke orang dewasa di sekitarnya,” Endah menambahkan.
Pertimbangan lain, perlu memperhatikan transportasi siswa ke sekolah. Siswa yang menggunakan kendaraan umum memiliki risiko lebih tinggi.
Dalam kesempatan tersebut, Endah menyampaikan masalah vaksin perlu dilakukan uji klinis. Sebab, sejauh ini WHO menyatakan ada lebih dari 100 perusahaan vaksin di berbagai negara yang sedang dalam proses uji klinis. Sementara hasilnya belum final.
Sementara itu, Wakil Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia Jatim, dr. Atik Choirul Hidajah, M.Kes memaparkan, jumlah kasus Covid-19 pada anak di Indonesia mencapai 24.966. Angka itu setara dengan 9,7 persen dari total penderita. Secara rinci jumlah tersebut terbagi menjadi 2,4 persen anak usia 0-5 tahun dan 7,3 persen anak usia 6-18 tahun.
BACA JUGA: WCC Sebut RKUHP Berpotensi Tingkatkan Angka Perkawinan Anak
Menurutnya, untuk kembali membuka sekolah dan melakukan pembelajaran tatap muka dibutuhkan kajian ilmiah. ”Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan pilihan paling baik untuk mencegah penularan antara siswa serta penularan siswa kepada guru,” ujarnya dengan tegas.
Adapun Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Andriyanto mengatakan, uji coba pembelajaran tatap muka tidak bisa dielakkan.
”Pembelajaran tatap muka membutuhkan kesadaran untuk menjalankan protokol kesehatan,” jelasnya.
Ada beberapa hal yang perlu diwaspadai saat pandemi seperti saat ini. Salah satunya kekhawatiran anak kehilangan kecerdasan atau terjadi cognitive loss.