Senin, 23 September 2019 12:53 UTC
MANGKRAK. Bekas peron Terminal Seloaji, Ponorogo yang tak terawat. Foto: Gayuh Satria
JATIMNET.COM, Ponorogo – Pembangunan Terminal Seloaji yang dilakukan pada 2017 silam menyisakan bangunan peron yang kini mangkrak. Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas dua hektare tersebut kini terlihat tidak terawat dan kumuh.
“Saat pelimpahan wewenang pengelolaan terminal oleh kementerian perhubungan dari pemerintah kabupaten, bangunan bekas peron tersebut tidak diikutkan,” kata Kepala Satuan Pelaksana Terminal Tipe A Seloaji, Eko Hadi Prasetyo, Senin 23 September 2019.
BACA JUGA: Pemkab Malang Siapkan Terminal Jika Skytrain Jadi Diwujudkan
Eko menjelaskan Terminal Seloaji menempati tanah seluas lima hektare dengan rincian tiga hektare dikelola kementerian perhubungan dan sisanya dua hektare bekas peron masih dikelola oleh pemkab. Termasuk juga ruang terbuka hijau dan area parkir sepeda motor di sisi barat masih menjadi milik daerah.
“Semua terminal tipe A saat ini dikelola langsung oleh kemenhub,” jelasnya.
Ia menuturkan bangunan tersebut tidak sepenuhnya mangkrak, saat ini sebagian tempat digunakan oleh bus AKAP untuk mencuci dan memperbaiki bus. Memang seperti bangunan tidak bertuan sehingga banyak yang tidak terawat, padahal kondisi bangunan masih terlihat kokoh.
BACA JUGA: Puncak Arus Balik di Terminal Purabaya Diprediksi Malam Ini
“Mereka (pemkab) tidak sepenuhnya menyerahkan ke kemenhub mungkin karena sayang, karena terminal termasuk penyumbang retribusi yang besar,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Ponorogo Bambang Tri Wahono mengaku saat ini bangunan eks peron tersebut rencananya akan dibuat gedung serbaguna untuk Dinas Perhubungan.
Untuk itu ia mengusahakan wacana pembangunan eksperon tersebut dengan Dishub ke depannya mempunyai konsep seperti apa agar bangunan tersebut tidak terlihat seperti bangunan yang tidak bertuan.
“Memang rencana ada gambaran dishub bangun gedung di sanakarena saat ini gedung dishub kurang representatif,” pungkasnya.