Jumat, 05 July 2024 08:00 UTC
Sejumlah narapidana Lapas Kelas IIB Mojokerto saat latihan banjari sembari menjalani masa tahanan, Jumat, 5 Juli 2024. Foto: Hasan
JATIMNET.COM, Mojokerto – Guna menghindari depresi di dalam ruang tahanan, puluhan narapidana di Lapas Kelas IIB Mojokerto melantunkan salawat dari dalam balik penjara yang ada di Jalan Empunala, Kota Mojokerto.
Suara salawat terdengar dari balik bangunan peninggalan Belanda yang berusia 104 tahun itu. Suara itu bersumber dari 38 kelompok napi yang tergabung dalam banjari di dalam Masjid At Taubah, Lapas setempat.
Kegiatan rutin ini menjadi solusi bagi mereka untuk meningkatkan dan mempertebal keimanan terhadap Tuhan selama menjalani masa kurungan atas kasus yang diperbuat.
Bahkan, dengan aktif mengikuti kegiatan pembinaan itu, puluhan narapidana mulai dari kasus narkoba, kriminal umum hingga kekerasan pada perempuan dan anak merasa lebih bisa menjaga hubungan antarmanusia.
BACA: Napi Lapas Mojokerto Mampu Produksi Handbag Hingga Kewalahan Terima Pesanan
Seperti yang dirasakan Masduki Rohman, salah satu narapidana yang terjerat kasus pencurian ini, Ia mengaku sejak tergabung dalam grup banjari At Taubah tersebut lebih bisa menata hubungan dirinya dengan Tuhan maupun sesama rekan narapidana lainnya.
"Sangat bersyukur sudah masuk dalam santri, pembinaan itu sangat membantu merubah sikap dan sifat dari semua narapidana. Hubungan dengan Allah, maupun hubungan dengan manusia lebih baik," ucap pria berusia 30 tahun ini yang bakal menghirup udara bebas enam bulan lagi, Jumat, 5 Juli 2024.
Perasaan sama dirasakan Khariris Nurcahyo yang menjalani sisa masa tahanan lima bulan lagi atas kasus penggelapan. Ia juga salah satu pembina di grup banjari dan bisa mengajak puluhan napi agar kompak memunajatkan salawat setiap kali latihan rutin.
"Sangat positif walau hanya banjari, tapi akhlaknya juga tersentuh, utamanya juga mengusir kejenuhan dan depresi. Walau memang menyatukan yang berbeda-beda (kasus) itu tidak mudah," kata pria 50 tahun yang dulunya merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Mojokerto.
BACA: Bakal Bebas Bersyarat, Puluhan WBP Lapas Kelas IIB Mojokerto Diingatkan Bahaya Narkoba
Petugas Pembinaan Lapas Mojokerto Syukron menjelaskan pembinaan banjari ini bertujuan untuk membantu menyalurkan kreativitas narapidana maupun tahanan yang harus menjalani konsekuensi atas perbuatannya.
Tak lain agar tidak jenuh dan depresi saat menjalani hukuman atas kasus yang diperbuat masing-masing napi. "Jadi bakat-bakat (positif) yang mereka miliki bisa dikeluarkan," ucap Syukron.
Grup banjari ini bagian dari program santri Lapas dalam lingkungan internal. Dimana semua napi bisa mengikuti program tersebut namun harus melalui assessment petugas Lapas.
"Tentunya ini bisa dimanfaatkan semua narapidana yang ingin menjadi santri. Utamanya harus berkelakuan baik," katanya.
