Logo

Bahaya di Dalam Perut Ikan

Reporter:

Selasa, 31 July 2018 07:50 UTC

Bahaya di Dalam Perut Ikan

SAMPAH POPOK. Aktivis Ecoton menggelar aksi di depan Patung R.Soerya Jalan Gubernur Soeryo Surabaya, Selasa 31 Juli 2018. Arif Ardliyanto

Peneliti menemukan mikroplastik dalam lambung ikan yang hidup di Sungai Brantas. Berpotensi mengakibatkan kanker pada manusia tapi jarang yang peduli.

JATIMNET.COM – Muhammad Nizar tercengang. Ia tak menyangka tubuh ikan itu menyimpan bahaya mengerikan. “Padahal saya pernah juga makan ikan dari sungai itu,” kata pemuda berusia 25 tahun itu.

Di kampungnya, Bambe, Driyorejo, Gresik mengalir Kali Mas. Anak Sungai Brantas itu berhulu di Mojokerto dan menjadi batas alam antara Gresik dan Sidoarjo. Bermuara di Selat Madura, sungai ini biasa disebut juga Kali Surabaya.

Pada Juli 2018, sebuah lembaga non-pemerintah di bidang konservasi lingkungan, Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) merilis temuan adanya mikorplastik di dalam tubuh ikan yang hidup di Kali Mas.

Mikroplastik adalah potongan kecil plastik, berukuran kurang dari 5 milimeter, dan hanya bisa diamati dengan bantuan mikroskop. Partikel ini berasal dari beragam sumber. Dari potongan plastik yang terus mengecil dan polyethylene, bahan campuran kosmetik (microbeads). Saking kecilnya, mikroplastik dengan mudah melewati sistem penyaringan air dan berpotensi membahayakan biota laut.

Jika terkonsumsi manusia, mikroplastik bisa menganggu metabolisme tubuh dan mengakibatkan kanker.

“Baru tahu juga ternyata ada kandungan berbahaya di dalam perut ikan,” kata Nizar teringat ikan Kali Mas yang pernah disantapnya.

Dalam penelitiannya, Ecoton mengambil 20 ikan dari Kali Mas dan membedah perutnya. Di antaranya ikan bader, nila, keting, rengkik, jendil, dan dukang. Hasilnya, 80 persen ikan-ikan itu lambungnya berisi fragmen plastik dan fiber plastik yang berasal dari sampah popok. Untuk memastikan temuannya, Ecoton bahkan menggandeng Universitas Airlangga dalam penelitian ini.

PERUT IKAN. Proses membedah perut ikan. (Dokumentasi Ecoton)

Peneliti Ecoton Andreas Agus Tristanto Nugroho mengatakan ikan cenderung memakan segala sesuatu yang ada di perairan. Ikan yang mengonsumsi sampah plastik popok dipastikan tak mampu berkembang dengan baik. “Yang dimakan itu bahan yang tercemar, imbasnya kembali ke kita juga,” katanya, Selasa 31 Juli 2018.

Tragisnya, dari sejumlah jenis ikan yang diteliti ada tiga yang menjadi konsumsi favorit masyarakat. Rengkik, keting, dan bader. “Ikan-ikan itu yang paling banyak dimakan warga di sekitar Sungai Brantas,” katanya.

Minim Kepeduliaan

MIKROPLASTIK. Dalam jumlah tertentu, kandungan mikroplastik dalam tubuh manusia bisa menyebabkan kanker. (Dokumentasi Ecoton)

Ecoton mencatat tak kurang dari satu juta popok bayi dibuang di sepanjang Sungai Brantas tiap hari. 37 persennya berasal dari popok bayi.

Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan ada tiga jenis plastik dalam sampah popok. Polietilena yang bisa mengakibatkan perubahan genetik pada ikan dan kanker pada manusia, polyurethane berdampak kematian dan penurunan berat badan biota air, dan sodium poliakrilat berakibat ruam kulit.

Meski mengandung bahaya laten, pemerintah tak memiliki konsep yang matang tentang penanganan sampah popok. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, popok bayi masuk dalam kategori residu sampah. Sehingga penanganannya mesti melalui proses sanitary landfill.

Menurut dia, produsen popok dan pemerintah harus berupaya menangani sampah popok itu. Di antaranya melalui edukasi pada masyarakat. “Katanya tahun 2020 bebas popok di sungai. Nyatanya popok masih bertebaran di sungai, berarti Pemprov Jatim, Pemkot Surabaya, dan Pemkab Sidoarjo tidak serius menjalankan program ini,” katanya. [AZ]