Logo

AJI Gelar Workshop Cek Fakta di Poltek Negeri Madiun

Reporter:,Editor:

Minggu, 20 October 2019 02:09 UTC

AJI Gelar <em>Workshop</em> Cek Fakta di Poltek Negeri Madiun

PEMBEKALAN. Mahasiswa PNM berfoto bersama selepas mengikuti workshop Hoax Busting and Digital Hygiene yang diselenggarakan Google Indonesia-AJI Indonesia, Sabtu 19 Oktober 2019. Foto: IST.

JATIMNET.COM, Madiun – Sebanyak 135 mahasiswa prodi Bahasa Inggris Politeknik Negeri Madiun (PNM) mengikuti workshop bertajuk  'Hoax Busting and Digital Hygiene' yang diselenggarakan Google Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sabtu 19 Oktober 2019.

Kepala Program Studi Bahasa Inggris PNM Madiun, Muhyiddin Aziz mengatakan kegiatan itu bertujuan membekali para peserta dalam mendeteksi berita bohong di media sosial. Dengan demikian, mahasiswa tidak mudah terprovokasi dengan hoax yang banyak bertebaran di dunia maya.

Menurut Muhyidin, materi yang disampaikan dua trainer, yakni Rini Yustiningsih dan Anang Zakaria sangat bermanfaat untuk mengecek data yang beredar di media sosial secara akurat.

"Pengetahuan ini sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Materi yang disampaikan juga menarik," ujar Muhyidin saat dijumpai di aula kampus setempat.

BACA JUGA: Facebook Hapus 350 Akun Palsu yang Terhubung dengan Arab Saudi

Adapun materi dalam forum itu meliputi cara mendeteksi informasi dan memberikan tips keamanan digital atau digital hygiene. Langkah yang dapat dilakukan antara lain, update software, strong password dengan mengombinasikan huruf angka maupun simbol, dan hati-hati mengklik link dari sumber-sumber tidak jelas.

Trainer workshop, Anang Zakaria, mengatakan dalam kegiatan itu para peserta diberi pengetahuan untuk menangkal berita hoax di media sosial. Selain itu, mahasiswa juga bisa memanfaatkan tool-tool yang ada di Google untuk mendeteksi berbagai informasi yang tersebar di internet.

Menurutnya, di era internet saat ini dikenal dengan misinformasi dan disinformasi. Misinformasi, yaitu informasi yang salah. Namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi yaitu informasi yang salah, dan orang yang membagikannya tahu salah, tetapi sengaja dibagikan.

"Ada tujuh jenis misinformasi dan disinformasi, yaitu satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, gak nyambung atau false connection, konteksnya salah, dan konten manipulatif," terangnya.

BACA JUGA: Safenet Tuntut Transparansi Hasil Pembatasan Internet Kemkominfo pada 22-25 Mei

Salah satu sumber informasi palsu dan menyesatkan yang banyak ditemukan yaitu situs media abal-abal. Situs ini memproduksi informasi palsu yang semata-mata demi uang dan tujuan tertentu.

Untuk mengidentifikasinya, Anang menyatakan dapat dilakukan dengan mengecek alamat situsnya, cek detail visual, waspada dengan judul-judul sensasional, dan lainnya.

"Kalau ada berita yang itu cenderung provokatif, cek alamat situsnya. Kalau ragu lakukan riset dengan domainbigdata.com. Ada juga situs abal-abal yang cuma beralamat di blogspot.com. Situs abal-abal biasanya juga gambar logonya jelek dan ada juga situs yang meniru dengan situs media mainstream,” jelasnya.