Logo

700 Seniman, Sastrawan dan Musisi Nusantara Ramaikan "Eksotika Bromo" Pasca Pandemi

Reporter:,Editor:

Sabtu, 11 June 2022 09:00 UTC

700 Seniman, Sastrawan dan Musisi Nusantara Ramaikan "Eksotika Bromo" Pasca Pandemi

even Eksotika Bromo menyuguhkan berbagai petunjukan dari seni tari, music tradisional dan lainnya

JATIMNET.COM, Probolinggo - Pagelaran seni budaya "Eksotika Bromo" kembali digelar di lautan pasir obyek wisata Gunung Bromo, setelah sebelumnya sempat vakum dampak adanya Pandemi Covid-19. 

Eksotika Bromo tahun 2022, digelar mulai Sabtu 11 Juni dan Minggu 12 Juni 2022. Seperti gelaran di tahun-tahun sebelumnya, even Eksotika Bromo menyuguhkan berbagai petunjukan dari seni tari, music tradisional dan lainnya. Dimana ditampilkan oleh sejumlah musisi tanah air, seniman dan para sastrawan.

Direktur event daerah jawa timur, Reza Fahlevi mengatakan, setidaknya ada sekitar 700 seniman, musisi dan sastrawan ikut serta, dalam event yang digelar di lautan pasir Gunung Bromo. 

Menurutnya, Eksotika Bromo merupakan symbol bangkitnya destinasi wisata alam Taman Nasional Bromo tengger Semeru (TNBTS), dimana sudah dikenal di seluruh nusantara.

Baca Juga: Puncak Perayaan Yadnya Kasada 7 Calon Dukun Dinyatakan Lolos Ujian, 1 Gagal

“Bersyukur di tahun 2022 ini, kita bisa menyajikan kembali kesenian dan kearifan lokal untuk dunia. Mulai dari batik Madura, tarian tradisional dan beberapa kesenian lainnya,” kata Fahelvi, Sabtu 11 Juni 2022.

Fahlevi menyebut, pada event Eksotika Bromo kali ini, mengambil tema "Ruwat Rawat Segoro Gunung", dimana bermakna untuk seluruh element masyarakat yang harus diruwat, setelah berangsur usainya Pandemi Covid 19.

“Seperti keindahan alam Gunung Bromo, tidak hanya diruwat, tapi harus selalu dijaga bersama. Termasuk cagar budaya yang kita miliki, oleh karena itulah acara ini digelar di lautan pasir,” ujar Fahlevi. 

Lanjutnya, meski tanpa dipromosikan obyek wisata Gunung Bromo sudah dikenal di kancah mancanegara, namun menurut Fahlevi tidak hanya wisata alamnya saja yang menarik. Akan tetapi, kesenian dan kebudayaannya turut layak untuk dieksploitasi. 

"Semoga adanya event ini, bisa menjadikan obyek wisata Gunung Bromo menjadi platform seperti Bali. Dan semoga bisa menjadi agenda rutin tahunan, menjelang hari raya warga Tengger yakni Yatnya Kasada," tutur Fahlevi.