Selasa, 04 August 2020 03:40 UTC
RAPID TEST. Pengurus Ponpes Hidayatullah Surabaya saat di Balai Kota menjelaskan mengenai Rapid Test massal.
JATIMNET.COM, Surabaya - Sebanyak 450 santri di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya menjalani rapid test massal secara bertahap. Tahap pertama dilakukan pada Minggu 2 Agustus, selanjutnya tahap kedua Senin 3 Agustus 2020.
“Tahap pertama ini diikuti sekitar 300 orang kemudian di tahap kedua 150 orang,” kata Ketua Badan Pengurus Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya, Syamsuddin, Senin 3 Agustus 2020.
Syamsudin menyampaikan, langkah selanjutnya akan melakukan rapid test kembali yang masih tetap dilakukan secara bertahap. Sebab, di Ponpes Hidayatullah ini ada sekitar 2500 orang, terdiri dari santri, guru dan pengurus. “Rencananya rapid test akan dilakukan kembali pada tanggal 16 Agustus 2020, diikuti 100 orang,” ujarnya.
Syamsudin menjelaskan, sebelum menggelar rapid test di lingkungan pesantren beberapa waktu lalu berdiskusi dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Surya Balai Kota Surabaya. Menyampaikan tentang rencana kembalinya santri ke pondok pesantren sembari mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 ini.
BACA JUGA: Penyakit Penyerta, Bumil dan Lansia Rentan Tertular Covid-19
Dari situ pihaknya meminta saran dari wanita yang akrab disapa Risma itu, karena para santri tersebut akan segera kembali ke pondok. “Jadi, kami meminta dukungan dari Bu Wali terkait santri yang boarding atau yang mondok ini, karena mereka itu terdiri dari SMP dan SMA serta mahasiswa,” kata Syamsuddin.
Saat itu, Risma pun menyetujui dan mengizinkan mereka untuk mengaktifkan kembali pondoknya. Bahkan, Risma mengaku juga sudah siap untuk memberikan fasilitas rapid test kepada semuanya.
“Kami sangat bersyukur dan berterimakasih kepada Bu Wali. Sebab, beliau sangat detail memahami situasi dan kondisi Surabaya dan sangat cepat melakukan respon terkait permasalahan-permasalahan di Surabaya,” katanya.
Di pertemuan itu, Risma juga meminta kepada mereka untuk melakukan rapid test terlebih dahulu. Baik itu santri yang baru datang ke pondok, semua guru atau ustaz-nya, petugas kebersihan dan keamanan, serta orang-orang yang beraktifitas di pondok pesantren itu, terutama yang keluar-masuk pondok pesantren.
BACA JUGA: 90 Persen Kasus Meninggal Covid-19 Disertai Komorbid
“Jadi, harus dirapid test dulu, semuanya tanpa terkecuali, kita sediakan gratis, kita fasilitasi. Bahkan, orang tua santri yang mengantar ke pondok juga harus dites,” kata Risma dalam pertemuan tersebut.
Menurutnya, apabila nanti ditemukan ada yang reaktif ketika di rapid test, maka akan di tes swab dan akan diisolasi dulu sembari menunggu hasil tes swabnya. Kemudian, jika santri itu sudah negatif atau sudah sembuh, maka akan dikembalikan lagi ke pondok pesantren.
“Kalau imunnya kuat, mungkin tidak lama isolasinya, nanti kami tes lagi. Nah, jika sudah negatif, kami akan kirim lagi ke njenengan (Anda) ustad,” ia menerangkan.
Selain itu, Risma juga meminta mereka untuk memperketat protokol kesehatannya, baik jalan masuk dan keluarnya santri, penyediaan fasilitas cuci tangan, bilik sterilisasi, serta kamar mandinya harus selalu bersih dan steril.
“Insyallah nanti kami bantu lagi (wastafel dan bilik sterilisasi)," ia menegaskan.
Di samping itu, Risma juga meminta mereka untuk mengurangi jam masuknya, tidak boleh sama dengan jam masuk sebelum pandemi. Ia juga tak lupa menganjurkan untuk tidak menggunakan AC di ruangan, karena hal itu bisa berpotensi menularkan virus baru ini.