Minggu, 05 April 2020 07:58 UTC
LIBUR. Pintu asrama Pesantren Darussalam, di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, tertutup selama masa karantina santri 14 hari. Foto: IST
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Lebih dari seratus santri asal Papua dan Papua Barat tidak bisa pulang ke daerah asalnya. Mereka tertahan di Pesantren Darussalam, Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, akibat penutupan bandara di Papua dan Papua Barat.
Sedianya mereka berencana pulang ke kampung halaman seperti ribuan santri lain di pesantren tersebut. Mayoritas santri libur lebih awal karena pandemi virus corona atau covid-19.
Biasanya santri baru diliburkan sepekan sebelum Lebaran, tak seperti sekarang yang mulai tiga pekan sebelum Ramadan sudah libur. Selain dari Papua, total lebih dari enam ribu santri telah pulang kampung ke kota lain di Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Bali.
“Yang belum pulang dari Sorong, Jayapura, Timika, dan Papua Barat belum semua. Mereka masih ada di pondok pesantren,” kata Ketua Staf Keamanan dan Ketertiban Pondok Pesantren Darussalam, Busairi, saat dihubungi Sabtu 4 April 2020.
BACA JUGA: Pesantren di Banyuwangi Bantu Pulang Enam Ribu Santri di Tengah Pandemi Covid-19
Sekitar 60 santri asal Manokwari sebelumnya sudah berhasil pulang sebelum bandara setempat ditutup. Lebih dari 200 santri asal Kalimantan dan hampir 300 santri lain asal Sulawesi juga telah diterbangkan ke tujuan daerah masing-masing.
Sebelumnya semua santri telah menjalani masa karantina di dalam pesantren selama 14 hari. Sebagian memang ditemukan sakit, namun keluhan didominasi gatal dan sakit kepala tanpa gejala yang mengarah pada dugaan infeksi virus corona.
Menuju daerah asal masing-masing, mereka membawa surat keterangan telah menjalani karantina, surat jalan dan surat keterangan sehat dari pusat kesehatan milik pesantren. Di dalam surat jalan tertera rute perjalanan para santri, sehingga diharapkan otoritas masing-masing daerah yang dilewati memberi jalan.
BACA JUGA: Sebagian ODP Corona di Banyuwangi Pernah Berada di Bali
“Santri sudah sehat dan bersih, naik bus yang sudah disemprot disinfektan. Mereka juga dicek suhu badan sebelum naik bus. Mereka tidak mampir-mampir sampai bandara. Di bandara sudah ada standar pemeriksaan dari penularan,” kata Busairi lagi.
Dalam kesempatan tersebut, dia menambahkan bahwa koordinator daerah (Korda) Ikatan Santri asal Sumatera (Iksas) sempat kesulitan membantu kepulangan santrinya. Sebab santri asal Sumatra harus menempuh perjalanan darat yang butuh waktu lama dan rute panjang.
Namun mereka telah berkoordinasi dengan kepolisian lintas daerah yang dilewati rute bus rombongan hingga dijamin bisa lewat tanpa terhambat penutupan sejumlah akses jalan.
BACA JUGA: Covid-19, Warga Pinggir Hutan Banyuwangi Belajar Kelas Paket Gunakan Zoom
Perjalanan menggunakan kapal laut dilarang karena desakan antrean masuk kapal dianggap membahayakan santri. Mereka harus pulang dalam rombongan, hanya dengan menggunakan alat transportasi bus atau pesawat.
“Kepulangan santri tahun-tahun sebelumnya memiliki persiapan yang matang atau maksimal. Sedangkan tahun ini serba mendadak. Kesulitannya lagi melihat banyak daerah di-lockdown (isolasi wilayah),” tutur Busairi.
Kini lebih dari seratus santri asal Papua yang tinggal di asrama hanya bisa menunggu bandara kembali dibuka. Menurut rencana, ratusan santri asal Papua itu pulang melalui Bandara Internasional Juanda. Sementara keberangkatan pulang kampung santri dari daerah lain diperkirakan berlangsung selama seminggu sejak akhir Maret 2020.
