Logo

Whisnu Sulit Maju Pilwali Dampak Pembagian Kerja Kepala Daerah Tak Merata

Reporter:,Editor:

Rabu, 24 July 2019 03:56 UTC

Whisnu Sulit Maju Pilwali Dampak Pembagian Kerja Kepala Daerah Tak Merata

Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Vincensius Awey. Foto: Dok.

JATIMNET.COM, Surabaya – Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Vincensius Awey menyoroti porsi kinerja antara Wali Kota Tri Rismaharini dan wakilnya, Whisnu Sakti Buana yang tidak berimbang.

Dia mengakui Risma, sapaan Tri Rismaharini memiliki etos kerja yang tinggi dan kerap turun sendiri ke lapangan untuk membantu beberapa pekerjaan lain. Dampaknya, Risma kerap menuai pujian, sedangkan Whisnu sebagai wakil kurang dikenal masyarakat Surabaya.

Di mata Awey, sapaannya, justru pekerjaan yang dilakukan Risma menunjukkan ada pembagian yang tidak merata. Hal ini menyulitkannya menilai kinerja Whisnu selama menjadi wakil wali kota. Padahal WS, sapaan Whisnu, digadang-gadang menjadi suksesor Risma pada pilwali tahun depan.

BACA JUGA: Tugas Memenangkan Pilwali Surabaya Menanti Awi

“Nah ini, WS yang berpasangan dengan Risma sebagai kepala daerah namanya kurang bergema. Namanya kalah dengan Risma yang kerap tampil sendiri,” kata Awey kepada Jatimnet.com melalui telepon, Rabu 24 Juli 2019.

Hal ini menunjukkan adanya pembagian kerja antara wali kota dan wakilnya tidak merata. Dengan posisi seperti ini, Awey tidak bisa menilai negatif sosok WS dalam pilwali mendatang. Karena memang kurangnya ruang untuk mengabdi dan tampil di hadapan publik.

Meski begitu, WS dikenal baik di internal partai. Hal ini menunjukkan dalam kancah perpolitikan Surabaya, WS dinilai cukup mumpuni untuk maju dalam pilwali.

BACA JUGA: Muslimat Surabaya Akui Ada Tokoh yang Sudah Sowan

“Secara struktural, WS sangat bagus. Dia orang yang sangat siap kalau diusung partainya (PDI Perjuangan). Nah karena berpasangan dengan pemimpin yang tidak bisa membagi kerja, ini sangat tidak obyektif kalau menilai WS kurang bekerja,” kata dia.

Sementara itu, Salah satu kader PDI Perjuangan sekaligus Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Gustin Poliana mengatakan tak adanya nama WS di masyarakat karena tidak pernah diberi porsi pekerjaan oleh Risma.

“Tidak diberi kewenangan apa pun. Jadi, selalu Bu Risma sendiri yang turun ke lapangan. Padahal tidak harus seperti itu,” kata Titin sapaan akrab Ketua Komisi A.

Semestinya dalam pembagian kerja, lanjut Titin, WS harus diberi kewenangan sedikit demi sedikit. Dia juga berharap Risma memikirkan Surabaya ke depannya dan bukan mendahulukan ego.

BACA JUGA: PDI Perjuangan Surabaya Desak DPP Pertimbangkan Whisnu Maju Pilwali

Menurutnya, pembagian kerja antara wali kota dan wakilnya ini tidak berimbang. “Overload (pekerjaan Risma) yang selama terjadi, saya berharap ke depan pekerjaan harus dibagi,” ujarnya.

Porsi kerja yang tidak berimbang ini juga menuai sorotan pengamat politik Universitas Airlangga (Unair), Suko Widodo. Menurutnya, pimpinan daerah yang bagus adalah menjadikan wakilnya seperti pasangan suami-istri.

“Harus seiring. Kalau kemudian tidak, itu ada masalah internal kepemimpinan. Karena saat maju atau pamit ke masyarakat itu kan couple, berdua atau pasangan. Tapi kalau dalam praktiknya jalan sendiri-sendiri, berarti ada masalah,” jelasnya.

Mengenai pembagian kerja yang tidak merata dan seakan diambil alih Risma, Suko menilai ada kesalahan dalam berkomunikasi.