Logo
Beragam varietas bunga di taman dapat memanjakan mata setiap pengunjung. Pemandangan alam akan lebih bagus jika dilihat dari sejumlah rumah pohon.

‘Watu Rumpuk’ Alternatif Wisata Baru di Madiun

Reporter:,Editor:

Minggu, 18 November 2018 06:58 UTC

‘Watu Rumpuk’ Alternatif Wisata Baru di Madiun

Foto: ND Nugroho

JATIMNET.COM, Madiun -  Kabupaten Madiun, Jawa Timur memiliki destinasi wisata baru di kawasan hutan Pegunungan Wilis. Namanya ‘Watu Rumpuk’ yang masuk wilayah Desa Mendak, Kecamatan Dagangan. Sesuai namanya, sejumlah tumpukan batu berukuran besar yang terbentuk secara alami itu menjadi salah satu daya tarik di lokasi ini.

Beragam varietas bunga di taman dapat memanjakan mata setiap pengunjung. Pemandangan alam akan lebih bagus jika dilihat dari sejumlah rumah pohon. Setiap pengunjung juga dapat mengabadikan kedatangannya dengan berswafoto di spot berlatarbelakang pegununungan.

Keindahan dan fasilitas di Watu Rumpuk yang berjarak sekitar 45 kilometer dari Kota Madiun ke arah selatan itu mampu meyedot wisatawan. Kepala Desa Mendak, Nur Cholifah, mengatakan sejak lokasi wisata itu dibuka lima bulan lalu ribuan pengunjung berdatangan. Mereka menikmati keindahan alam di kawasan milik Perum Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Lawu Dan Sekitarnya (DS) itu.

Para wisatawan itu, Nur menjelaskan, berasal dari sejumlah daerah. Tidak hanya wilayah Madiun dan sekitarnya, mereka juga dari Sidoarjo, Blitar, Kalimantan, dan Riau. Daerah asal pengunjung diketahui petugas loket ketika melayani pembelian tiket masuk.

Untuk masuk, setiap pengunjung ditarik biaya Rp 5.000 per orang. Uang itu harus ditambah untuk biaya parkir, Rp 5.000 per mobil dan Rp 2.000 per sepeda motor. “Sudah termasuk asuransi di dalamnya,’’ ujar Nur, Minggu, 18 November 2018.

Dari seluruh retribusi tiket masuk, kata Nur, harus dibagi ke tiga pihak. Pertama, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) selaku pengelola. Besarannya sebanyak 65 persen dari total penjualan tiket. Selain itu, 30 persen hak Perum Perhutani selaku pemilik lahan, dan 5 persen untuk Lembaga Masyarakat Desa Hutan.

Pembagian hasil semacam itu justru memicu pihak pemerintah desa mengembangkan wisata Watu Rumpuk. Apalagi, destinasi wisata seluas 2,5 hektare itu masuk nominasi ketiga kategori wisata alam dalam even Anugerah Wisata Alam Provinsi Jawa Timur 2018 beberapa waktu lalu.

“Ke depan akan terus dikembangkan. Masih banyak potensi yang belum digarap,’’ ujar Nur kepada Jatimnet.com. Pihak desa, Nur menuturkan, memiliki konsep Watu Rumpuk dijadikan wisata alam, edukasi, kuliner, budaya, dan petualangan. Untuk mewujudkannya, pengkajian tentang keberadaan tumpukan batu sedang dijalankan.

“Kemungkinan mempunyai cerita pada masa lalu. Kami masih mengkaji dari beberapa literatur,’’ ungkap dia. Cerita yang hingga kini masih ditelusuri bakal dijadikan sebagai materi tambahan dalam pengembangan Watu Rumpuk. Untuk budaya, Nur menjelaskan, kesenian lokal yang selama ini rutin berlatih akan ditampilkan di lokasi wisata. Sedangkan persiapan untuk wisata kuliner telah dibangun lapak bagi pedagang untuk menjajakan makanan maupun minuman.

“Jalur pendakian Tapak Bimo di Gunung Manyutan juga akan dihidupkan (untuk wisata petualangan),’’ ujar Nur. Gunung Manyutan yang merupakan bagian dari Pegununungan Wilis memiliki ketinggian 1.565 meter di atas permukaan laut.

Untuk pengembangan Watu Rumpuk, Nur mengungkapkan, sejumlah instansi telah menyumbangkan bantuan dana. Anggaran digunakan untuk pembangunan infrastruktur seperti pengerasan jalan menuju lokasi, pengadaan lampu taman, dan pembangunan lapak untuk menampung pelaku usaha kecil.

Bupati Madiun Ahmad Dawami mengatakan bahwa pengembangan wisata alam merupakan salah satu prioritas dalam pembangunan. Terutama di wilayah yang berada di lereng Gunung Wilis seperti Kecamatan Gemarang, Kare, dan Dagangan. Namun, demikian pengembangan wisata alam juga tengah diwacanakan seperti di Kecamatan Sawahan. “Titik pengembangan wisata ada banyak dan sudah dipetakan,’’ ujar Kaji Mbing, sapaan akrab Ahmad Dawami.