Senin, 09 September 2019 07:50 UTC
Ilustrasi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Ketua Wadah Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi, Yudi Purnomo meminta pertolongan kepada siapapun terkait upaya sistematis penghancuran KPK dari dalam dan dari luar.
“Kami minta tolong, serangan KPK secara sistematis menyempurnakan serangan dari dalam dan luar sehingga paripurnalah membuat KPK mati karena tidak berfungsi,” ungkap Yudi Purnomo, melalui Rilis yang diterima Jatimnet.com, Senin 9 September 2019.
Yudi menambahkan, Minggu 8 September, pegawai KPK berinisiatif untuk meminta bantuan dengan membagikan bunga dan leaflet permintaan tolong dari KPK yang dibagikan oleh 500 pegawai KPK di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
BACA JUGA: Akademisi Unair Tolak Pelemahan KPK Melalui Revisi
“Permintaan tolong kepada masyarakat karena hingga hari ini presiden belum bertindak menolak revisi UU KPK yang membuat KPK tutup, serta secara tegas menolak capim yang diduga melanggar etik,” ujarnya.
Yudi menambahkan, upaya serangan terhadap KPK selain dari Revisi UU KPK juga diduga berasal dari dalam seiring dengan jadwal fit and proper test calon pimpinan KPK oleh Komisi 3 DPR RI yang berlangsung, Senin 9 September 2019.
“Para pegawai berharap agar presiden melakukan fungsinya sebagai kepala negara untuk mencegah KPK mati,” tambahnya.
BACA JUGA: Pegawai dan Pimpinan KPK Tutup Kantor dengan Kain Hitam
Secara khusus pula, Yudi mengungkapkan kekecewaannya terhadap pansel dan presiden yang tidak mempertimbangkan masukan KPK terkait dugaan pelanggaran berat salah satu calon pimpinan KPK yang masuk dalam sepuluh besar.
“Soal capim teduga pelanggar etik adalah persoalan yang sama krusialnya dengan revisi UU KPK. Pimpinan adalah pemegang kendali atas KPK, soal pelanggar etik salah satu calon berdasarkan pemeriksaan pengawasan internal dan pengajuan masyarakat pernah diduga melakukan pelanggaran etik berat,” ujarnya.
Hingga saat ini, Yudi menambahkan logo Komisi Pemberantasan Korupsi masih ditutupi kain hitam, penanda matinya KPK sebagai garda terdepan dalam pemberantasan korupsi. “Masih tertutup kain hitam, tanda matinya KPK,” tutupnya.