Senin, 26 November 2018 10:31 UTC
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani (berbatik hitam) memberikan keterangan pers di kantor BPPTKG Yogyakarta, Senin 26 November 2018. Foto: Omed.
JATIMNET.COM, Surabaya – Volume kubah Gunung Merapi per November 2018 telah mencapai 308 ribu meter kubik dengan laju sekitar 3 ribu meter kubik per hari, terhitung dari awal munculnya pada 11 Agustus 2018 lalu.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani menginformasikan, Merapi yang memasuki fase erupsi magmatis ini bersifat efusif (proses keluarnya magma ke permukaan bumi dengan tekanan gas yang kurang kuat) dan sesuai dengan skenario pasca letusan 2010 yang cenderung mengikuti kronologi aktivitas pasca letusan 1872.
“Pasca letusan 1872 kubah lava baru muncul pada 1883 atau 11 tahun kemudian. Sedangkan pasca 2010 kubah lava baru muncul pada tahun ini atau 8 tahun kemudian,” Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kasbani dalam rilisnya, Senin 26 November 2018.
Dalam fase erupsi efusif, kata Kasbani, pemantauan visual perkembangan kubah lava dan kestabilan lereng menjadi aspek pemantauan yang krusial dan prioritas. Kubah lava muncul tepat di tengah rekahan kubah lava 2010 dan tumbuh secara simetris. Volume kubah per 22 November 2018 mencapai 308.000 m3 dengan laju sekitar 3.000 m3/hari terhitung dari awal munculnya.
Pertumbuhan kubah lava menyebabkan guguran lava mulai terjadi pada tanggal 22 Agustus 2018 yang dominan mengarah ke barat laut dalam area kawah. Material kubah lava 2018 saat ini sudah mencapai batas permukaan kubah lava 2010 hampir di semua arah termasuk pada arah bukaan kawah.
Hal ini memungkinkan guguran material kubah dapat langsung meluncur ke luar kawah seperti yang terjadi pada tanggal 23 November 2018 dimana teramati 4 kali guguran lava mengarah ke bukaan kawah, hulu Kali Gendol. Jarak luncur terjauh sebesar 300 meter terjadi pada pukul 19.05 WIB.

Jika kubah lava terus mengalami pertumbuhan maka kejadian guguran lava ini akan terus terjadi dan meningkat intensitasnya seiring dengan meningkatnya aktivitas kubah lava. Untuk saat ini intensitas guguran masih rendah dengan potensi material yang juga masih kecil sehingga belum membahayakan penduduk.
Berdasarkan pemodelan jika sebagian besar volume material kubah lava saat ini runtuh, maka awan panas dapat meluncur ke arah Kali Gendol sejauh 2,2 km (< 3 km). Perhitungan ini berdasarkan asumsi kondisi kubah lava tidak stabil. Adapun saat ini kondisi kubah lava masih stabil berada tepat di tengah kawah.
Aktivitas guguran lava pada erupsi-erupsi efusif sebelumnya menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat di sekitar Merapi terutama pada malam hari. Diharapkan aktivitas guguran lava pijar 2018 ini selain dapat menjadi sarana hiburan bagi masyarakat juga dapat menimbulkan kesadaran dan semangat kebersamaan dalam mengantisipasi bahaya Gunung Merapi ke depan.
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa. Selain itu, masyarakat di Kawasan Rawan Bencana III diimbau untuk terus mengikuti informasi pertumbuhan kubah dan guguran lava.
Masyarakat diperbolehkan menyaksikan aktivitas guguran lava di luar jarak bahaya yang telah ditetapkan yaitu > 3 kilometer dari puncak. Gunung Merapi sejak Mei 2018 berstatus Level II (Waspada).