Minggu, 09 September 2018 01:33 UTC
Ilustrasi. Grafis: Gilas Audi.
JATIMNET.COM, Surabaya – Terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tidak membuat ekonomi Jawa Timur terpukul. Gubernur Jatim Soekarwo optimistis perekonomian Jatim cukup tangguh lantaran memiliki fundamental ekonomi yang kuat.
Meskipun data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat neraca perdagangan di bulan Juli mengalami defisit 0,96 miliar dollar AS. Pelemahan rupiah dalam dua pekan terakhir ini dikhawatirkan menyebabkan defisit neraca perdagangan semakin dalam.
“Perekonomian kita ditopang dari UMKM yang disumbang dari sektor agro dan hortikultura. Dilihat datanya, UMKM agro 7 juta lebih dan non-agro sekitar 5,9 juta. Secara makro, UMKM belum banyak tergantung pada impor,” jelas Soekarwo, di Gedung Negara Grahadi, Sabtu 8 September 2018.
Pernyataan ini mempertegas bahwa ekonomi Jatim tidak tergantung pada bahan baku impor. Sebaliknya, dengan kondisi nilai tukar rupiah yang terpuruk terhadap dollar AS menguntungkan sektor UMKM maupun agroindustri.
“Ketergantungan terhadap bahan baku impor bisa kita minimalisir, karena kita memiliki UMKM yang sudah berkontribusi terhadap ekspor. Jadi sektor ini yang bisa kita andalkan, untuk membendung pelemahan rupiah,” lanjut politisi asal Partai Demokrat itu.
Dia menambahkan Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang tidak tergantung pada impor bahan baku maupun bahan baku penolong untuk sektor industri.
Soekarwo merujuk pada Jawa Barat yang banyak memiliki industri dan harus mendatangkan bahan baku dari luar negeri. Sebab provinsi parahyangan itu tidak memiliki bahan baku penolong dari daerahnya.
Pernyataan ini menanggapi wacana Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang pembatasan 500 komoditas impor berkaitan dengan pelemahan rupiah terhadap dollar AS.
Pakde Karwo, sapaannya menegaskan sejak periode Soekarwo-Saifulah Yusuf (Karsa) Jilid I (2008-2013), pilihan perekonomian Jatim mengarah kepada agro bisnis dan perdagangan.
“Sudah kita buktikan melalui sensus ekonomi yang dipublikasikan pada 2017, bahwa sejak tahun 2016, kontribusi UMKM terhadap PDRB Jatim mencapai 57,52 persen,” pungkasnya.
Sebetulnya pada 31 Agustus 2018 silam, Soekarwo tidak menampik pelamahan rupiah memberi dampak pada sektor industri. Salah satunya adalah beban operasional yang yang masih menggunakan dollar AS.
Meski demikian, jumlah industri yang tergantung dollar AS tidak terlalu banyak dan justru kehadiran UMKM sanggup membendung krisis rupiah.