Senin, 15 July 2019 00:52 UTC
BUTUH INFRASTRUKTUR. Fasilitator Forum Penanggulangan Risiko Bencana Inklusif Jatim, Maskurun di Pantai Boom Banyuwangi jelang pelepasan Destana BNPB, Jumat 12 Juli 2019. Foto: Ahmad Suudi.
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Tak bisa mendengarkan suara teriakan dan gemuruh saat terjadi bencana menjadi masalah sendiri pada penyandang tunarungu atau disabilitas pendengaran. Mereka hanya bisa mengandalkan indera lain untuk mendeteksi bencana, terutama indera penglihatan.
Hal ini disampaikan Fasilitator Forum Penanggulangan Risiko Bencana Inklusif Jawa Timur, Maskurun, sebelum pelepasan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Pantai Boom, Banyuwangi, Jumat 12 Juli 2019.
Yuyun, sapaannya, juga mengatakan ada dua infrastruktur yang dibutuhkan penyandang tunarungu dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana. Yakni infrastruktur pemberitahuan adanya bencana yang bersifat visual.
BACA JUGA: Indonesia Peringkat Pertama Korban Jiwa Terbanyak Karena Bencana
“Butuh pengumuman bencana dengan sirine (berlampu) untuk disabilitas tuli,” katanya dalam bahasa lisan dan isyarat, pada Jatimnet dibantu penerjemah.
Wanita penyandang tunarungu dan tunawicara itu juga menyampaikan kebutuhan akan running text informasi kebencanaan. Dalam kondisi darurat mereka bisa melihat lampu sirine dan running text, sehingga bisa segera berusaha menyelamatkan diri.
“Harus ada tulisan elektronik, cuma butuh dua (infrastruktur) itu saja. Kalau tidak disiapkan kasihan, semua penyandang tuli harus diurusi,” kata dia.
Dikatakannya baru ada beberapa daerah yang menyediakan infrastruktur pemberitahuan kebencanaan yang dibutuhkan penyandang tunarungu. Yakni Solo dan Klaten di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Kediri di Jawa Timur.
BACA JUGA: 584 Desa di Jawa Jadi Target Ekspedisi Destana Tsunami BNPB
Sekitar 35 orang penyandang tunarungu juga turut dalam ekspedisi sosialisasi tanggap bencana ke 584 desa di pesisir selatan Pulau Jawa itu. Mereka merupakan sebagian anggota dari Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (Gerkatin) Jawa Timur.
Selama 34 hari mereka akan melakukan tahap awal pembangunan desa tangguh bencana dari Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur sampai di Kota Serang, Banten.
Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan mengatakan di Indonesia ada sekitar dua juta penyandang tunarungu. Pihaknya berharap masuknya tim tunarungu dalam ekspedisi bisa menyampaikan kesiapsiagaan bencana pada sesama di desa tujuan.
“Mungkin kawan-kawan kita di BNPB tidak bisa memberi pengetahuan itu. Tetapi di antara mereka sendiri ada bahasa-bahasa yang bisa dimengerti, untuk itu kita mengajak mereka," kata Lilik.