Senin, 01 June 2020 10:00 UTC
BANTUAN SEMBAKO. Penyerahan bantuan sembako dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) pada warga Banyuwangi, Senin 1 Juni 2020. Foto : Ahmad Suudi
JATIMNET.COM, Banyuwangi - Tradisi bersedekah di bulan Ramadan membantu masyarakat miskin tahun ini di tengah pandemi Covid-19, tingkat kesadaran masyarakat menunjukan signifikan
Ketua Lazisnu Banyuwangi, Imron Rosyadi mengatakan, jumlah infak dan sedekah di bulan ramadan kali ini mencapai Rp 1,3 miliar itu berupa zakat mal, dan lebih dari 800 ton berupa zakat fitrah
"Ramadan kali ini semakin banyak yang memiliki kesadaran untuk berbagi, tapi semakin banyak juga yang membutuhkan bantuan," kata Imron, di Kantor Pengurus Cabang Nahdlotul Ulama (PCNU), Senin 1 Juni 2020.
Selama pandemi Corona masuk Indonesia, Lazisnu telah menyalurkan ribuan bungkus sembako pada warga Banyuwangi. Dengan menyeleksi penerima dari data sendiri dan dipilih fakir miskin terdampak pandemi.
BACA JUGA: Pemprov Jatim Beri Bantuan Sembako bagi Ojol di Malang
Sementara sumber bantuan datang dari instansi pemerintah, perusahaan swasta seperti bank, pengusaha, juga zakat, infak, sedekah yang dihimpun di masjid-masjid dan musala.
Termasuk kali ini dimana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyerahkan bantuan melalui Lazisnu Banyuwangi. "Kita distribusikan di kecamatan-kecamatan, ada datanya," kata Imron lagi.
Bantuan dari BKKBN berupa seribu bungkus sembako dan puluhan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga kesehatan di Banyuwangi. Dalam acara simbolis pembagiannya, warga buruh tani, tukang becak dan marbot masjid menerima bantuan sembako tersebut.
BACA JUGA: Ojek Daring Bisa Turut Serta Tahan Penyebaran Covid-19
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh yang menghadiri acara itu mengatakan pemerintah menghadapi tantangan dalam pembagian bantuan. Lantaran kini banyak orang miskin baru yang sebelumnya tak masuk data sehingga tak terdaftar sebagai penerima bantuan.
Dia mencontohkan di Jakarta pembagian bantuan berupa beras yang mengandalkan data warga miskin 3 bulan sebelum pandemi datang. Menurutnya hal itu bisa dipahami bahwa semua negara masih menerapkan kebijakan percobaan dalam menghadapi pandemi baru ini.
"Jadi sebenarnya kekuatan kita adalah kekuatan sosial di desa, di kampung. Karena kekuatan kita di Indonesia persoalan volentary atau kesukarelawanan kita sangat tinggi, jiwa sosial kita sangat tinggi, untuk saling membantu satu sama lain," kata Nihaya.
