Jumat, 11 April 2025 04:20 UTC
Tradisi lungsuran, para pelaku ritual seperti penari Seblang, sinden, penabuh gamelan, dan anggota adat lainnya, dimandikan dengan air dari tujuh sumber mata air di Desa Olehsari, Kec. Glagah, Banyuwangi, Jumat, 11 April 2025. Foto: Hermawan
JATIMNET.COM, Banyuwangi – Tradisi lungsuran menjadi akhir dari rangkaian ritual adat Seblang Olehsari yang digelar di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. Prosesi ini dilaksanakan sehari setelah ritual utama Seblang selesai, tepatnya di depan rumah salah satu sesepuh adat pada Jumat pagi, 11 April 2025.
Dalam tradisi lungsuran, para pelaku ritual seperti penari Seblang, sinden, penabuh gamelan, dan anggota adat lainnya dimandikan dengan air dari tujuh sumber mata air di Desa Olehsari. Air tersebut telah dicampur dengan berbagai bunga yang sebelumnya didoakan secara khusus.
BACA: Ritual Adat Seblang Olehsari 2025 Sudah Dimulai, Catat Tanggalnya!
Ketua adat Desa Olehsari, Ansori, menjelaskan bahwa lungsuran merupakan prosesi pensucian diri secara lahir dan batin bagi seluruh pelaku ritual. Tradisi ini diyakini mampu membersihkan dari sengkala atau energi negatif yang dapat mengganggu.
"Lungsuran ini diyakini untuk menjauhkan diri dari sengkala atau energi negatif pada diri kita. Tak luput juga kita semua memohon rido dari Tuhan Yang Maha Esa," ujar Ansori.
Dalam prosesinya, sesepuh adat secara bergantian menyiramkan air suci tersebut, dimulai dari penari Seblang dan dilanjutkan kepada seluruh pelaku ritual lainnya.
BACA: Sambut Wisatawan Saat Libur Lebaran, Banyuwangi Siapkan Beragam Atraksi Budaya
Sebagai penutup, digelar selamatan dengan menyajikan hidangan khas seperti pecel pitik dan jenang abang. Selamatan ini menjadi simbol rasa syukur dan penghormatan atas kelancaran seluruh rangkaian upacara adat Seblang Olehsari.
“Tradisi lungsuran tidak hanya menjadi simbol pembersihan diri, tetapi juga sarana pelestarian budaya dan warisan leluhur yang sarat makna spiritual dan sosial bagi masyarakat Olehsari,” tuturnya.