Senin, 10 February 2020 23:00 UTC
TOLAK TAMBANG: Tolak tambang liar, tiga warga Mojokerto melakukan aksi jalan kaki menuju Jakarta untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Foto: Karin
JATIMNET.COM, Mojokerto - Pihak kepolisian menjamin keamanan tiga warga Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo yang melakukan aksi menolak tambang di aliran Sungai Selomalang dan Watu Boro sekembalinya di Kabupaten Mojokerto nanti.
Mereka adalah Achmad Yani (45), Sugiantoro (31), dan Heru Prasetyo (26). Mereka berangkat sejak pukul 07.00 WIB pada Selasa 28 Januari 2020 lalu, dan hanya bermodalkan uang receh sejumlah Rp600 ribu yang dikumpulkan warga setempat sehari sebelum keberangkatan sebagai sangu selama perjalanan.
Aksi jalan kaki menuju Istana Presiden untuk menemui Presiden Joko Widodo, terkait permasalahan penambangan bebatuan andesit di kawasan Perhutani.
BACA JUGA: Sampai di Jakarta, 3 Warga Mojokerto Tolak Tambang Lanjutkan Aksi di Depan Istana
Kapolres Mojokerto AKBP Feby Dapot Parlindungan Hutagalung mengatakan, pihaknya akan jadikan perhatian khusus terkait keamanan tiga warga Desa Lebakjabung setelah lakukan aksi jalan kaki tolak tambang ke DKI Jakarta.
Hal ini dilakukan, usai adanya pengakuan intimidasi dari salah satu warga yang melakukan aksi tersebut sebelum melakukan perjalanan. "Kita atensi untuk pengamanannya pada saat kembali ke Mojokerto," ungkapnya pada jatimnet.com, melalui pesan singkat, Senin 10 Februari 2020 malam.
Tak hanya itu, kepolisian akan terus memantau perkembangan keamanan ketiganya selama melakukan aksinya. "Mohon diinfo setiap perkembangannya ya," ucapnya.
BACA JUGA: Banyak Tambang dan Reklamasi Diduga Ilegal, LSAKP Waduk ke DPRD Jatim
Hal senada juga disampaikan Ketua Komisi 3 DPRD Kabupaten Mojokerto Edi Ikhwanto, mengaku akan memberikan bantuan terhadap keluarga yang ditinggalkan oleh tiga warga tolak tambang galian C, dengan berjalan kaki ke DKI Jakarta untuk mengadukan nasib lingkungan desanya yang terus tergerus penambangan galian sirtu.
"Kami Komisi Tiga kemarin punya angan-angan memang, karena belum rapat intern. Itu rencananya akan berbagi, memberi santunan belum tau nilainya berapa kepada keluarga yang ditinggalkan. Masih rapat intern dulu untuk jumlah nominalnya," katanya.
Sementara, salah satu warga yang melakukan aksi tolak tambang galian C Achmad Yani mengaku adanya intimidasi yang diterimanya sebelum keberangkatannya menuju Istana Presiden pada Selasa 28 Januari 2020 lalu.
BACA JUGA: Seratusan Tambang Liar di Jawa Timur Masih Beraktivitas
"Iya sempat ada yang mengancam saya, intimidasinya sebelum ke Jakarta ada yang ke rumah ngomong kalau rata-rata pengusaha tambang punya senpi. Bahkan saya waktu itu diminta pergi tetangga, karena ada salah satu lurah di Kabupaten Mojokerto mondar-mandir dengan membawa senjata tajam di jalan mencari saya," terang Ketua Gakopen ini.
Selain itu, ia juga sempat diminta sejumlah warga Desa Lebakjabung yang pro tambang galian Cu untuk menerima uang setoran hasil manual penambangan sebelum melakukan aksi jalan kaki tolak penambangan penjarahan batuan andesit di kawasan hutan petak 58 KRPH Jabung.
"Dua orang waktu itu hampirin saya, saya diminta menerima setoran dari hasil manualnya. Kalau saya gak mau akan ada yang ke rumah dan saya akan dikeroyok. Jadinya orang rumah juga ketakutan, saya merasa terancam jangan sampai ada salim kancil kedua lagi," tandasnya.