Senin, 18 July 2022 05:40 UTC
Dari kiri (duduk) Nur Hudi Didin Ariyanto pemilik Pesanggrahan Keramat Ki Ageng, saat di kantor MUI Gresik. Foto: Agus Salim.
JATIMNET.COM, Gresik - Satreskrim Polres Gresik telah menahan tiga tersangka kasus dugaan penistaan agama atas pernikahan manusia dengan domba betina, di Desa Jogodalu, Benjeng Gresik.
Namun satu tersangka lainnya, yakni anggota dewan dari Fraksi Nasdem Nurhudi Didin Aryanto yang merupakan pemilik Pesanggrahan Keramat Ki Ageng (lokasi pernikahan nyeleh) kembali mangkir dari panggilan polisi.
Kasat Reskrim Polres Gresik Iptu Wahyu Rizki Saputro mengatakan, bahwa hingga kini pihaknya sudah melakukan penahanan terhadap tiga tersangka yakni Sutrisna alias Krisna, pria yang berperan sebagai penghulu dalam pernikahan nyeleneh manusia dengan domba.
“Dia Sutrisna telah kami tahan pada Jumat (15 Juli 2022) kemarin, usai menjalani pemeriksaan setelah yang bersangkutan sakit,” katanya dikonfirmasi, Senin 17 Juli 2022.
Baca Juga: Terkait Nikah Manusia dan Kambing, NasDem Gresik Serahkan Dua Kadernya Diproses
Iptu Wahyu menyebut, tersangka Sutrisna diperiksa selama tujuh jam, setelah cukup bukti, tersangka tersebut langsung digiring ke ruang tahanan bersama dua tersangka lainnya yang sudah ditahan.
Kedua nya adalah Arif Syaifullah, pemilik Sanggar Cipta Alam sekaligus pembuat konten pernikahan manusia dan domba, serta Syaiful Arif, pria yang berperan sebagai mempelai pria dalam pernikahan nyeleneh.
“Untuk tersangka Nur Hudi Didin Arianto belum tampak memenuhi panggilan. Meskipun, kuasa hukum anggota DPRD Gresik itu mengkonfirmasi kepada pihak kepolisian. Akan hadir memenuhi panggilan besok siang,” imbuhnya.
Baca Juga: Ketua DPRD Gresik Cibir Anggotanya Ikut Ritual Manusia Nikahi Kambing
Namun, bila masih mangkir lagi pihaknya akan mengirim surat pemeriksaan yang kedua dan ditunggu sampai hari Kamis 21 Juli 2022 nanti. “Kami berharap kooperatif, agar proses hukum berjalan lancar,” ujarnya.
Terpisah, Badan Kehormatan (BK) DPRD Gresik juga telah melanjutkan pembahasan tentang pelanggaran kode etik, dengan memanggil saksi (teradu) sebagai pertimbangan sanksi dari ranah legislatif.
Pada tahapan itu nantinya tidak menutup kemungkinan akan ada sanksi yang diberikan, baik kepada Nur Hudi maupun Mohammad Nasir yang ikut terseret lantaran hadir dalam pernikahan nyeleneh tersebut.
Sebagai catatan, para tersangka dijerat dengan Pasal 45a ayat 2 Undang-undang ITE, juncot Pasal 156a KUHP juncto Pasal 55 KUHP, akibat menggelar pernikahan nyeleneh yang menggunakan prosesi seperti ajaran Agama Islam.