Senin, 21 January 2019 00:10 UTC
Ilustrasi cabai. Foto: Pixabay
JATIMNET.COM, Surabaya - Makanan pedas menjadi ciri khas Arek Suroboyo. Rasanya tidak pas kalau makan tanpa ada sambal. Bahkan, jika ke luar negeri sambal kemasan praktis wajib dibawa ke dalam koper. Hayo ngaku...
Dirangkum dari berbagai sumber, cabai memiliki banyak bentuk, warna, ukuran, dan kekuatan. Bagaimanapun bentuknya, sensasi yang diberikan tetap sama yaitu pedas.
Banyak yang berpikir bagian paling pedas dari cabai adalah bijinya. Tapi ternyata lapisan yang disebut plasentalah yang menimbulkan rasa terbakar saat digigit. Sensasi terbakar itu disebabkan oleh bahan yang disebut capsaicin, yang ditemukan di kelenjar kecil di plasenta cabai.
Ketika makan cabai, capsaicin dilepaskan ke dalam air liur dan kemudian berikatan dengan reseptor TRPV1 di mulut dan lidah Anda. Reseptor sebenarnya ada di sana untuk mendeteksi sensasi panas yang menyengat.
Untuk pecinta cabai, yang paling dicari tentu yang paling pedas. Juaranya yaitu carolica reaper berdasarkan Guiness World Record 2013. Cabai yang ditanam di Amerika Serikat ini memiliki skala pedas hingga 1,56 juta SHU (Scoville Heat Units).
Cabai memiliki beberapa keuntungan yaitu bisa memperbaiki fungsi kognitif dan mencegah demensia dan penyakit Alzheimer saat usia tua.
Keuntungan lain adalah bisa mencegah anemia. Salah satu kandungan cabai adalah zat besi yang sangat penting dalam pembentukan sel darah merah. Cabai juga kaya dengan asam folat yang membantu produksi sel darah merah dan melawan anemia.
Kandungan cabai yang lain adalah kalium, yang bila dikombinasikan dengan folat, bisa mengurangi resiko penyakit jantung. Kalium melemaskan pembuluh darah; sehingga menciptakan aliran darah yang ideal.
Cabai juga merupakan sumber riboflavin dan niasin yang sangat baik. Niasin meningkatkan kadar kolesterol baik seseorang, juga mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Cabai ternyata juga bisa berfungsi sebagai anti-oksidan. Hal ini dikarenakan cabai punya kandungan vitamin A yang kaya beta-karoten. Di dalam tubuh, beta karoten berfungsi sebagai antioksidan.
Adapun capsaicin dalam cabai yang bersifat termogenik, mampu meningkatkan metabolisme tubuh.
Menurut Jong Won Yun, seorang ahli bioteknologi di Universitas Daegu, orang-orang yang mengonsumsi capsaicin secara teratur telah melaporkan asupan kalori dan kadar lemak dalam tubuh yang lebih rendah.
Mengonsumsi cabai, kata peneliti dari Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok, membuat orang yang memakannya memiliki resiko kematian enam hingga tujuh kali lebih rendah.
Manfaat cabai yang lain buat kesehatan dilansir oleh American Association for Cancer Research. Disebutkan bahwa capsaicin dalam cabai memiliki kekuatan untuk membunuh leukemia dan sel kanker. Namun, studi lebih lanjut masih diperlukan dan belum dinyatakan sebagai sarana untuk sepenuhnya mengobati kanker.