Senin, 30 June 2025 05:00 UTC

NAIK GEROBAK. Dimas Lukito saat diarak menggunakan gerobak oleh keluarga dan warga saat pulang setelah meraih emas di Muaythai Asian Championship 2025, Jumat, 27 Juni 2025. Sumber: Instagram
JATIMNET.COM, Probolinggo – Di tengah euforia kemenangan yang semestinya dihiasi karangan bunga dan iring-iringan megah, seorang atlet Muaythai asal Probolinggo malah pulang ke kampung dengan cara yang begitu sederhana
Dialah Dimas Lukito Wardhana, 23 tahun, atlet muaythai asal Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, yang baru saja mengharumkan nama Indonesia di kancah kejuaraan tingkat asia.
Dengan menyabet medali emas dalam ajang Muaythai Asian Championship 2025 di Vietnam, Dimas disambut dengan cara yang tak biasa, namun penuh makna. Ia diarak keliling kampung oleh warga menggunakan gerobak.
Video penyambutan unik dan menyentuh itu, pertama kali diunggah oleh akun Instagram @bolinggodotco. Dalam waktu singkat, video berdurasi kurang dari satu menit itu menyebar luas dan viral. Videonya ditonton lebih dari 1,7 juta kali dengan ratusan ribu tanda suka dan ribuan komentar.
Banyak warganet merasa terharu, tapi juga geram karena tak sedikit yang menilai negara seolah abai terhadap prestasi luar biasa atlet daerah.
BACA: Atlet Muaythai asal Probolinggo Sumbang Emas dan Perak di PON XXI
Dalam video tersebut, Dimas tampak mengenakan medali emas dan jaket timnas dengan senyum lebar terpancar dari wajahnya.
Ia duduk di atas gerobak kayu yang dihias sederhana dan tangannya memegang tongkat dengan bendera merah putih dan spanduk kecil bertuliskan "Selamat Datang Sang Juara".
Di sisi kanan dan kirinya, puluhan warga anak-anak, remaja, hingga orang tua mengiringi sambil meneriakkan yel-yel dan lagu kemenangan.
NAIK GEROBAK. Dimas Lukito saat diarak menggunakan gerobak oleh keluarga dan warga saat pulang setelah meraih emas di Muaythai Asian Championship 2025, Jumat, 27 Juni 2025. Sumber: Instagram
Menurut sang ayah, Bani Syarifuddin, penyambutan itu murni inisiatif warga dan keluarga. "Kami ingin menunjukkan bahwa kami bangga. Tak perlu mewah, yang penting tulus," ujar Bani saat ditemui di rumahnya, Senin, 30 Juni 2025.
Bani menambahkan keluarga tidak mempermasalahkan minimnya sambutan dari pemerintah daerah. "Buat kami, kebanggaan masyarakat jauh lebih berarti dari sekadar formalitas," katanya.
Dimas bukan sekadar atlet yang baru menorehkan prestasi di tingkat Asia. Ia juga menjadi bintang di PON 2024 yang digelar di Aceh dan Sumatera Utara dengan torehan satu medali emas dan satu medali perak.
Ketekunan dan konsistensinya membuat banyak pihak menyebutnya sebagai salah satu aset bangsa dalam olahraga bela diri. Namun, prestasi sebesar itu seolah tak cukup untuk menjadikannya prioritas dalam perhatian pemerintah.
BACA: Pemkab Probolinggo Beri Bonus Ratusan Juta bagi Atlet dan Pelatih Berprestasi di PON XXI
“Miris, negara baru bangga kalau sudah viral,” tulis salah satu netizen di kolom komentar unggahan tersebut.
Gelombang simpati yang mengalir di dunia maya tak hanya membesarkan hati Dimas, tapi juga menjadi tamparan halus bagi pemangku kebijakan.
Banyak warganet menyayangkan minimnya fasilitas, perhatian, bahkan penyambutan simbolis bagi atlet yang telah mengharumkan nama negara. Fenomena ini memicu diskusi luas tentang bagaimana perlakuan terhadap atlet daerah yang berjasa.
“Ini bukan soal mewah atau tidak. Ini soal pengakuan dan penghargaan atas kerja keras,” komentar lainnya menegaskan.
Arak-arakan sederhana ini mungkin tak sebanding dengan megahnya podium kemenangan di ajang internasional. Tapi justru di sinilah letak keistimewaannya. Rakyat mengajarkan bahwa apresiasi tak selalu harus dibungkus protokoler dan formalitas.
