Selasa, 14 September 2021 09:20 UTC
PANTAI. Sejumlah kapal nelayan Probolinggo bersandar di dermaga pelabuhan. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo – Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Probolinggo Subuh Fakhurrahman mengimbau nelayan maupun nahkoda kapal wisata yang berada di perairan Pantai Prigi, Trenggalek, maupun Sendang Biru, Kabupaten Malang, agar meningkatkan kewaspadaan saat melaut.
Imbauan ini berdasarkan pernyataan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati terkait potensi tsunami di perairan Pacitan yang titik garis pantainya berdekatan dengan Pantai Prigi dan Sendang Biru.
Subuh mengimbau para nelayan dan nahkoda kapal yang ada di wilayahnya mulai menyiapkan pengamanan melaut sejak dini.
"Pengamanan itu menyangkut persyaratan kelayakan kapal, yakni melengkapi kapal dengan sarana komunikasi, deteksi cuaca dan navigasi GPS agar bisa menentukan lokasi," kata Subuh, Selasa, 14 September 2021.
BACA JUGA: 9 Daerah di Jatim Ini Bakal Diterjang Tsunami 20 Meter?
Meski demikian, Subuh menyebut sampai kini kondisi perairan laut di Pantai Prigi dan sekitarnya masih normal walaupun sesekali terjadi perubahan cuaca ekstrem di lautan sebagai dampak anomali cuaca.
"Kondisinya masih normal, ketinggian gelombang sekitar 1,5 hingga 2 meter. Dan saat cuaca ekstrem baru bisa mencapai 2,5 sesuai prakiraan BMKG," tutur Subuh.
Sebagai antisipasi, Subuh menyarankan nelayan dan nahkoda kapal yang berada di Pantai Prigi dan Sendang Biru agar menunda melaut jika kondisi cuaca mulai memburuk.
BACA JUGA: Ramalan Bencana Hidrometeorologi BMKG di Jatim Berpotensi Tsunami Pertanda Harus Siaga
"Kalau jumlah kapal nelayan di Pantai Prigi yang terdaftar di kami ada sekitar 600 unit. Itu umumnya (bobot kapal) di bawah 7 GT (Gross Ton). Ada pula di atasnya, namun masih di bawah 100 GT," kata Subuh.
Sedangkan kondisi perairan laut utara Probolinggo dikatakan masih normal dengan kecepatan angin di bawah 5 knot dan tinggi gelombang di bawah 0,5 meter.
Menurut BMKG, potensi terjadinya tsunami di perairan laut selatan Jawa akibat pergerakan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia. Kabupaten Pacitan bukan satu-satunya daerah di Indonesia yang rawan tsunami.
Peneliti BMKG dan sejumlah lembaga penelitian Indonesia serta Australia pernah menerbitkan Kajian Nasional Bahaya Tsunami untuk Indonesia.
Kajian itu menekankan wilayah pesisir barat Sumatera, pesisir selatan Jawa, dan Nusa Tenggara Barat memiliki bahaya tsunami tertinggi.