Logo

Setigi, Bekas Tambang Kapur di Gresik yang ‘Disulap’ Jadi Wisata

Reporter:,Editor:

Senin, 13 January 2020 04:40 UTC

Setigi, Bekas Tambang Kapur di Gresik yang ‘Disulap’ Jadi Wisata

SETIGI. Nogo Giri Pancoran, salah satu wahana yang ada di wisata Selo Tirta Giri (Setigi), Desa Sekapuk, Kec. Ujungpangkah, Gresik, Minggu, 12 Januari 2020. Foto: Agus Salim

JATIMNET.COM, Gresik – Kabupaten Gresik, Jawa Timur, kini memiliki satu lagi tujuan berlibur atau destinasi wisata, yakni Setigi singkatan dari Selo Tirta Giri, yang  resmi dibuka awal Januari 2020.

Nama destinasi wisata Setigi memiliki arti Batu, Air, dan Bukit yang menjadi elemen atau unsur pada wisata berlokasi di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah ini.

Setigi berada di kawasan pantai utara (pantura) Kabupaten Gresik dan berjarak kurang lebih 29 kilometer dari Wisata Bahari Lamongan (WBL) arah ke Gresik, dan 33 kilometer atau sekitar satu jam perjalanan dari Gresik kota.

Selain menyajikan wisata alam berupa perbukitan kapur, di Setigi juga terdapat wisata buatan seperti Jembatan Peradaban yang arsitekturnya bernuansa barat.

BACA JUGA: Berlibur ke Gresik, Mampirlah ke Pantai Dalegan yang Menawan

Kepala Desa Sekapuk, Abdul Halim, yang menjadi konseptor pembangunan wisata Setigi menjelaskan di Setigi ada bangunan yang disebut dengan Nogo Giri Pancoran, area food court, bumi perkemahan, dan sebagainya.

Nogo Giri, yang juga ikon Gresik, terinspirasi dari simbol arca naga di area makam Sunan Giri, sebagai lambang kekuatan dan martabat.

Para pengunjung yang ingin mengelilingi wisata seluas 5 hektar tersebut bisa menggunakan kendaraan segala medan atau All Terrain Vehicle (ATV) atau motor trail mini yang disediakan panitia di lokasi wisata.

"Kawasan ini merupakan bekas area tambang batu kapur. Sejak 2003 tidak lagi digunakan dan berubah fungsi sebagai tempat pembuangan sampah," kata Halim, Minggu, 12 Januari 2020. 

Sejak 2018 tempat tersebut dibersihkan dan dibangun menjadi tempat wisata. "Pembangunan Wisata Setigi murni swadaya masyarakat, bukan dari dana bantuan pemerintah," katanya.

BACA JUGA: Salat Gerhana Matahari Sambil Berziarah Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim

Halim menyebut, sebelum resmi dibuka, sudah banyak wisatawan yang berkunjung. Tidak hanya wisatawan domestik atau lokal, tapi juga wisatawan mancanegara.

Pantauan jatimnet.com, tepat di sebelah selatan area wisata terdapat sebuah gua yang di depannya terdapat patung Semar, salah satu tokoh pewayangan Jawa.

Di dalam gua itu terdapat interior berupa sepuluh kalimat bijaksana atau pitutur Semar yang ditulis dalam tiga bahasa yakni Jawa, Indonesia, dan Inggris. Kemudian ada replika bangunan masjid bergaya Persia. 

Nah, mengenai pendanaan, Halim mengajak warganya untuk berswadaya dengan cara setiap Kepala Keluarga (KK) menabung Rp8 ribu per hari atau Rp200 ribu per bulan sehingga selama setahun terkumpul Rp2,4 juta per KK.

Jumlah diatas terhitung sebagai saham yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dengan kepemilikan sertifikat saham ini, pihaknya ingin mengajak masyarakat punya rasa memiliki wisata Setigi. 

"Investornya masyarakat Sekapuk sendiri. Yang terpenting mereka bisa jadi pengusaha wisata. Pembagian keuntungan 40 persen masyarakat dan 60 persen dikelola BUMDes,” ujarnya.

BACA JUGA: Seratusan Tambang Liar di Jawa Timur Masih Beraktivitas

Tiket masuk ke Setigi terbilang murah. Untuk memanjakan mata dan melepas penat di akhir pecan, pengunjung cukup membayar Rp15 ribu untuk dewasa dan anak-anak hanya dipatok Rp10 ribu.

Selain menampilkan konsep wisata arsitektur bernuansa Eropa dan Persia, Setigi juga menampilkan arsitektur bangunan yang terinspirasi dari sejarah lokal seperti Candi Topeng Nusantara dan Nogo Giri Pancoran.

Untuk melepas lelah setelah puas berkeliling di semua wahana, pengunjung bisa memasuki areal food court atau tempat penjualan makanan yang menyajikan aneka makanan dan minuman khas Desa Sekapuk seperti ikan asap, es legen siwalan, dan rujak manis serta bermacam hidangan lainnya.

Namun wisatawan juga diimbau hati-hati selama berpetualang di semua wahana yang ada di Setigi. Sebab bukit kapur memiliki karakteristik rentan retak, gerak, atau longsor terutama ketika di musim hujan atau jika terjadi gempa bumi.