Logo

‎Tohpati hingga Sal Priadi Sajikan Simfoni Musik di Jazz Gunung Bromo 2025

Reporter:,Editor:

Minggu, 27 July 2025 01:00 UTC

‎Tohpati hingga Sal Priadi Sajikan Simfoni Musik di Jazz Gunung Bromo 2025

JAZZ GUNUNG. Penampilan Sal Priadi dalam pagelaran Jazz Gunung Bromo 2025, Sabtu malam, 26 Juli 2025. Foto: Zulafif

JATIMNET.COM, Probolinggo – Angin pegunungan menyapa lembut di kawasan Jiwa Jawa Resort di kaki Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Sabtu malam, 26 Juli 2025.

‎Udara menusuk hingga 15 derajat celsius, namun dingin tak mampu membekukan semangat jemaah Al-Jazziyah, istilah penikmat setia Jazz Gunung, yang memadati amphitheater terbuka.

‎Dan benar saja, begitu petikan gitar Tohpati mengalun, hawa dingin seakan luruh bersama irama. Panggung terbuka yang memandang lanskap Bromo menjadi saksi saat Tohpati Ethnomission membuka malam penuh harmoni.

‎Lagu "Janger" menjadi pembuka yang memikat. Tohpati, dengan teknik permainan gitar yang nyaris magis dari legato halus hingga strumming bertenaga membangun suasana yang ritmis sekaligus menggugah.

‎Indro pada bass memperkuat energi dengan teknik slapping khasnya. Dentuman kendang dan gebukan drum menyatu dalam irama etnik, yang memunculkan warna-warna nusantara dari balik alunan jazz.

BACA: Jazz Gunung Bromo 2024, Elfa's Singer dan Ndarboy Genk Goyang Jemaah Al Jaziah 

‎Jazz Gunung malam itu tak hanya milik Tohpati. Musisi-musisi lintas genre dan negara tampil silih berganti. Rouge dari Prancis menghipnotis dengan komposisi yang seolah membingkai alam Bromo.

‎Bintang Indrianto dan Lorjhu’ memberi sentuhan lokal nan akrab. Sementara Natasya Elvira menaburkan nuansa elegan dalam performa puitisnya.

‎Lalu datang Sal Priadi, sang penyair dalam wujud penyanyi. Lewat lagu-lagu seperti Gala Bunga Matahari dan Dari Planet Lain, Sal membangun dialog batin dengan para penonton.

JAZZ GUNUNG. Pagelaran Jazz Gunung Bromo 2025, Sabtu malam, 26 Juli 2025. Foto: Zulafif

‎Ia tak hanya bernyanyi, ia bercerita. Kata-katanya mengalir, menyentuh, membuat penonton seolah duduk dalam satu ruang kecil penuh kehangatan di tengah dinginnya lereng Bromo.

‎Zafira Anisa Sukma, salah satu penonton yang datang bersama keluarganya, menyebut momen itu tak tergantikan. “Sudah tiga kali saya datang, tapi kali ini terasa lebih menyentuh. Sal Priadi bukan hanya bernyanyi, dia menyampaikan rasa,” ujarnya.

BACA: Penampilan Tompi dan Gugun Blues Shelter Hangatkan Jazz Gunung Bromo 2019

‎Sementara itu, pecinta jazz sekaligus Wakil Ketua Komisi B DPRD Jatim Habib Mahdi, menyebut Jazz Gunung sebagai oase wisata yang tak hanya menghibur, namun juga menggerakkan ekonomi lokal.

‎“Kegiatan ini bukan semata konser. Ini adalah magnet wisata dan perayaan budaya yang harus terus dirawat,” katanya.

‎Jazz Gunung Bromo lebih dari sekadar pertunjukan musik. Ia adalah ruang spiritual dan budaya tempat nada, manusia, dan alam bersatu dalam simfoni keindahan.

‎Di panggung yang terbuka lebar, di bawah langit Bromo yang berkabut, jazz tak hanya terdengar, tetapi juga terasa.‎