Senin, 08 October 2018 04:34 UTC
ILustrasi gempa Palu dan Donggala.
JATIMNET.COM, Palu – Aktivitas sekolah di Kota Palu pasca gempa mulai terlihat meski baru dilakukan pendataan ulang untuk mengetahui siswa yang selamat dari gempa.
“Saya baca berita Pak Menteri (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy), katanya harus didata siapa guru dan murid yang selamat dan siapa yang meninggal,” ujar salah satu siswa kelas 9 SMPN 1 Palu, Salwa Amalia (14), Antara, Senin 8 Oktober 2018.
BACA JUGA : CERITA PENJUAL SIOMAY ASAL TUBAN YANG SELAMAT DARI GEMPA PALU
Begitu juga dengan siswa Kelas 9 SMPN 1 Palu lainnya, Muhammad Etno Ramadhan, mengaku mendapat informasi dari grup WhatsApp (WA) murid di sekolahnya untuk datang didata ulang.
Ia mengatakan ada teman sekelasnya yang tidak selamat dari musibah likuifaksi di Perumnas Balaroa Kota Palu, sehingga sekolah meminta murid segera datang untuk didata.
BACA JUGA : PEMULIHAN INFRASTRUKTUR DIKEBUT PASCA GEMPA PALU
Sementara itu, guru PPKN SMPN 1 Palu Ahmad Fauzi mengatakan mendapat informasi dari grup WA sekolah terkait instruksi gubernur, bahwa aparatur sipil negara (ASN) untuk kembali bekerja mulai Senin 8 Oktober 2018.
“Kami mendapat info dari grup WA agar seluruh guru dan siswa datang untuk didata, karena memang ada guru yang meninggal dunia,” terangnya. Dia menambahkan ada dua guru yang meninggal yakni, Andi Ulfa dan Zaima yang tinggal di Perumnas Balaroa.
Selain itu, terdapat delapan siswa yang terkena tsunami saat mengikuti geladi bersih Festival Palu Nomoni. Begitu juga dengan adanya permintaan enam siswa yang meminta pindah ke Bandung, Makassar, dan Malang.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu juga berencana melakukan pendataan ulang terhadap siswa SD Inpres Tipo Mei Sari. Sedangkan siswa-siswi SAMN 1 Palu juga terlihat mulai berdatangan.
Pemandangan berbeda terjadi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah yang masih belum terlihat aktivitas belajar mengajar. Di mana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sengaja meliburkan kegiatan sekolah di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi karena bangunan sekolah rusak diterjang gempa.
“Banyak anak-anak yang tidak mau sekolah, karena takut dengan gempa susulan yang masih saja terjadi,” kata salah satu guru SD Tomado, Merry.
Salah satu solusi untuk mengisi aktivitas belajar mengajar pihaknya bakal menggunakan tenda. Namun Merry mengaku sejauh ini tidak ada tenda yang bisa digunakan untuk belajar-mengajar.