Senin, 19 November 2018 15:15 UTC
Pemasangan badge dalam pembukaan latihan perang udara di Lanud Iswahjudi, Senin 19 November 2018. Foto: istimewa
JATIMNET.COM, Madiun – Selama sebelas hari, langit kawasan Madiun bakal disibukkan dengan suara deru pesawat-pesawat tempur dari skadron udara Lanud Iswahjudi. Pesawat-pesawat tempur ini sedang menggelar latihan gabungan perang udara yang dimulai Senin, 19 November 2018.
Latihan perang udara ini dibuka langsung oleh Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda TNI Johanes Berchmans SW. Latihan gabungan “Mission Oriented Training” (MOT) ini dibuka di hanggar Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi.
MOT merupakan latihan gabungan yang memadukan dari seluruh fase latihan-latihan sebelumnya di masing-masing satuan, sehingga terbentuk sebuah kekuatan besar dalam melaksanakan operasi udara.
Pimpinan umum latihan Marsekal Pertama TNI Jemi Trisonjaya mengatakan bahwa, target dalam MOT adalah mencapai profesionalisme penerbang tempur dengan disesuaikan perkembangan alutsista. Selain itu, mampu menggunakan persenjataan yang berada di pesawat.
“Latihan gabungan ini akan melibatkan enam Skadron Udara; 4 Skadron tempur, satu skadron angkut dan satuskadron hely,” kata Marsekal Pertama TNI Jemi Trisonjaya, Senin 19 November 2018.
Dalam latihan yang berlangsung 11 hari ini, alutsista yang akan digunakan melibatkan pesawat tempur Sukhoi 27/30 Flanker Skadron 11, F-16 C/D Fighting Falcon Skadron 3, T50i Golden Eagle Skadron 15, Hawk 100/200 Skadron 1.
Selain itu, satuan di jajaran Radar seluruh Indonesia, serta Pasukan Khas TNI AU dengan total personel latihan sebanyak 300 orang juga akan terlibat dalam latihan gabungan ini.
Asops Kasau Marsekal Muda TNI Johanes Berchmans SW dalam sambutan pembukaannya mengatakan, latihan gabungan MOT dimaksudkan untuk memberikan bekal pemahaman dan pengalaman serta meningkatkan kemampuan dalam bekerja sama antara penerbang yang mengoperasikan alutsista dengan platform yang berbeda-beda, untuk secara terpadu melaksanakan operasi udara yang memiliki kompleksitas tinggi.
“Sehingga para penerbang tempur dalam memahami berbagai macam konsiderasi, situasi, ancaman, ketersediaan aset untuk merencanakan dan melaksanakan misi-misi pertempuran dalam operasi udara, sekaligus meningkatkan kemampuan koordinasi dan kerjasama antara penerbang yang mengoperasikan alutsista dengan platform yang berbeda di antaranya Ground Control Interception (GCI) maupun Ground Forward Air Controller (GFAC)” papar Asops Kasau.