Rabu, 07 November 2018 14:07 UTC
Nilai tukar rupiah terhadap dolar mulai menunjukkan penguatan. FOTO: DOK.
JATIMNET.COM, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kurs mata uang mulai menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat, yang mulai mendekati nilai wajar sesuai fundamental (undervalued).
"Sekarang market melihat rupiah dianggap terlalu murah," kata Darmin di Jakarta, Rabu 7 Novemnber 2018.
Darmin menjelaskan nilai rupiah yang dihargai terlalu murah membuat pasar obligasi domestik menjadi atraktif, dan modal asing kembali masuk ke Indonesia dalam jangka pendek.
"Modal asingnya ada yang mulai masuk dan membuat rupiah mulai menguat," kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini.
Dia menambahkan pergerakan rupiah ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti perundingan dagang antara AS dengan Cina, atau normalisasi kebijakan moneter The Fed hingga akhir tahun.
Sejauh ini pemerintah siap merespon momentum apresiasi rupiah terhadap dolar AS melalui penguatan kebijakan dengan merumuskan strategi baru. Dalam beberapa hari terakhir, rupiah mengalami penguatan hingga mencapai Rp14.594 per dolar AS.
Sementara pada Rabu sore 7 November, sempat mengalami perlemahan hingga Rp15.300-an per dolar AS.
Pada kesempatan berbeda, pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menilai pergerakan nilai tukar rupiah ini memperlihatkan fundamental ekonomi Indonesia mulai kuat.
Ia mengatakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh meski dibayangi kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia, yang salah satunya dipicu oleh perang dagang AS dan Cina.
“Investor mulai merespon positif situasi di Indonesia sehingga sejumlah aset berdenominasi rupiah mulai diminati, sehingga permintaan terhadap rupiah mulai naik," katanya.
Rully menambahkan data cadangan devisa Indonesia yang meningkat, sesuai dengan harapan pasar turut menjadi faktor positif bagi fluktuasi rupiah.
Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018, meningkat dibandingkan pada posisi September yang tercapai 114,8 miliar dolar AS. (ant)