Selasa, 15 March 2022 01:00 UTC
Bupati Jember, Hendy Siswanto saat meninjau pengolahan sampah organik di TPA Pakusar
JATIMNET.COM, Jember – Pengolahan sampah di Jember terus berbenah. Hal ini antara lain tampak saat Bupati Jember Hendy Siswanto, meresmikan pelatihan daur ulang dan bazar produk daur ulang sustainable product, di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari Jember, pada Senin 14 Maret 2022.
Melalui pelatihan daur ulang sampah tersebut, Bupati Hendy berharap akan banyak sampah yang bisa di daur ulang dan menjadi komoditas bisnis yang menjanjikan. "Sehingga sampah bisa menjadi berkah. Semua pihak bisa memanfaatkan sampah ini menjadi bisnis," ujar Hendy.
Sampah organik tersebut nantinya akan diolah menjadi komoditas maggot yang bernilai tinggi, salah satunya untuk pakan ternak. Kalau itu kita manajeri dengan baik, ini akan jadi potensi yang luar biasa. Warga biasa ataupun PNS, juga boleh. Posisi kita di pemkab akan mendukung," papar Hendy.
Baca Juga: Warga Sumberbaru Keluhkan Banjir dan Jalan Rusak, Ini Langkah Bupati Jember
Kebutuhan maggot selama ini, masih belum bisa terpenuhi. Sehingga peluang budidaya maggot dari pengolahan sampah organik dinilai sangat potensial.
"Ini bisa menjadi tambahan pendapatan bagi masyarakat Jember. Nanti kita kolaborasi kan dengan festival Ikan Koi yang akan digelar se Asia Tenggara," ujar Hendy.
Contoh produk maggot untuk pakan hewan, hasil pengolahan sampah organik di TPA Pakusari. (F
Selama ini, TPA Pakusari setiap hari menerima 150 ton sampah organik dari beberapa kecamatan di Jember. "Kita melihat budidaya maggot ini adalah solusi paling praktis untuk mengatasi masalah sampah organik. Dari 187 ton sampah yang masuk ke sini, 60 persen diantaranya adalah sampah organik," ujar Agus , Ketua Koperasi Pengelola Sampah Malindo Jaya.
Pihak koperasi telah berinvestasi dengan membeli 2 mesin yang masing-masing senilai sekitar Rp 60 juta. Mesin tersebut nantinya bisa memilah antara sampah organik dan anorganik.
Baca Juga: Sosialisasikan SIAK Kepada Semua Operator di Setiap Kecamatan, Bupati Jember: Harus Hati-hati
"Sampah yang masuk ke mesin itu akan terpilah dengan sendirinya, menjadi 2 output. Yang organik akan menjadi bubur. Sedangkan output satunya lagi akan keluar sampah plastik," papar Agus.
Masing-masing mesin memiliki kapasitas pengolahan 50 ton sampah organik perhari. Dari situ, akan dihasilkan setidaknya 5 ton maggot. "Perbandingannya, untuk 1 kg maggot, dibutuhkan bahan organik mencapai 5 kg," tutur Agus.
Maggot kering yang sudah dikemas rapi, akan dijual Rp 5 ribu hingga Rp 6 ribu per kilogram. "Kita target mulai beroperasi pada akhir Maret atau awal April 2022 ini. Saat ini masih sosialisasi dan edukasi, " pungkas Agus. (ADV/Inforial)
