Rabu, 19 September 2018 14:00 UTC
Direktur Operasional PT Lautan Luas Tbk, Herman Santoso menjelaskan kenaikan harga produk bahan kimia akibat melemahnya rupiah terhadap dolar AS. FOTO: Afiyah Romadhoni.
JATIMNET.COM, Surabaya – Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat produk bahan kimia dari PT Lautan Luas Tbk. Dampaknya perusahaan harus menaikkan harga jual lantran bahan baku yang diproduksi emiten berkode LTLS itu sepenuhnya masih impor.
“Sepenuhnya barang yang didistribusi itu merupakan 100 persen barang impor dan belum ada bahan baku buatan dalam negeri,” ucap Direktur Operasional PT Lautan Luas Herman Santoso, dalam Investor Summit di gedung Bursa Efek Indonesia, Rabu 19 September 2018.
Ditambahkan Herman bahwa bahan baku impor sepenuhnya didatangkan dari Amerika Serikat, sebagian lagi didatangkan dari Eropa, Cina dan Jepang. Hal inilah yang membuat harga bahan baku dan distribusi naik, mengikuti pergerakan nilai kurs dolar AS.
Pendapatan yang telah dicapai pada bulan Januari hingga Juni 2018 mencapai Rp 3,4 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp 64 miliar. Angka ini masih jauh dari target tahun pendapatan di tahun 2018, yang sebesar Rp 7 triliun.
Pendapatan LTLS ini sepenuhnya dari 47 persen barang distribusi, 44 persen manufaktur dan 9 persen dari support and surface atau penunjang. “Tapi kami berusaha menaikkan kapasitasnya bisa 45 persen dari distribusi dan 45 persen dari manufaktur,” tambah pria berkacamata itu.
Selain di Indonesia, perusahaan bahan kimia ini memiliki empat cabang di luar Indonesia, yaitu Singapura, Cina, Thailand dan Vietnam. Dari keempat negara tersebut menyumbang 20 persen dari pendapatan Lautan Luas.
Selain bahan kimia, perusahaan ini juga memproduksi bahan makanan, seperti Fibercreme, creamer yang dapat ditambahkan di minuman atau makanan. Produk ini sudah mulai di pasarkan di toko ritel Indonesia.
“Kedepannya memang kami ingin memperkuat networking dan pasar lokal,” pungkasnya.