Minggu, 11 November 2018 12:38 UTC
Seorang peserta lomba Panahan berkuda sedang beraksi di Lapangan Trangkil kawasan Pondok Pesantren Al Fatah, Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Minggu, 11 November 2018. FOTO: ND Nugroho.
JATIMNET.COM, Magetan – Pondok Pesantren Al-Fatah di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur memiliki cara tersendiri dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2018.
Ponpes tersebut menggelar lomba panahan kuda (Horseback Archery) yang diikuti 42 peserta dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Kuwait, Turki, Afrika Selatan, dan Rumania di Lapangan Trangkil, kawasan Ponpes Al-Fatah 10 – 11 November 2018.
Dalam kegiatan itu, pimpinan pondok merogoh uang pribadi sebesar 5.000 dolar Amerika Serikat (AS) untuk hadiah. Para peserta harus berkompetisi merebut juara umum dan pemenang dari empat kategori, yaitu Trangkil Track, Temboro Style, Korean Style, dan Diponegoro Style.
Meski sebagian besar nama setiap kategori menggunakan bahasa lokal, ketua panitia horseback archery, Ustad Muzzami mengatakan bahwa tingkat kesulitannya meniru negara lain seperti di AS, Jerman, dan Belanda.
“Kecuali Diponegoro Style yang merupakan hasil kreasi kami sendiri. Karena sosok pahlawan ini diketahui pandai berkuda sambil melakukan penyerangan kepada penjajah,” Muzzami menjelaskan, Minggu 11 November 2018. Ia lantas menyatakan peserta horseback archery kali ini dibagi menjadi delapan grup, yakni A hingga H.
Masing-masing kategori, ia menjelaskan, memiliki tingkat kesulitan berbeda. Untuk Trangkil Track, misalnya, peserta harus membidikan mata panahnya ke arah target dari atas kuda dengan jarak tempuh 600 meter. Sedangkan, Diponegoro Style memiliki empat target, yaitu dua kayu yang dipasang di garis pembatas track, jaring, dan bidang panahan.
“Untuk penilaiannya sesuai skor yang dibidik. Jika nilai 2, maka akan diakumulasikan dengan kecepatan kuda,” lanjut Muzzami.
Semakin kencang laju kuda maka peserta lebih sulit membidik target. Namun itu harus dilakukan lantaran setiap kategori dibatasi waktu rata-rata 10 detik. Semakin singkat waktu dan ketepatan membidik maka nilainya akan tinggi.
Disinggung tentang rencana ke depan dari lomba panahan berkuda, Muzzami berharap agar muncul atlet-atlet di cabang olahraga itu. Selain itu, horseback archery bisa masuk ke Pekan Olahraga Nasional, ASEAN Games maupun SEA Games.
Abdul Muis, peserta lomba panahan kuda dari Malaysia mengaku tertantang dengan even yang digelar di Pondok Pesantren Al-Fatah. Menurutnya, dibutuhkan kestabilan dalam membidik target dari atas kuda yang melaju kencang. “Saya gembira meski bidikannya tidak tepat,” ungkapnya.