Logo

Plengsengan Ambrol Ancam Jembatan di Mojokerto, Sementara Ditahan Karung Pasir

Reporter:,Editor:

Jumat, 19 February 2021 11:00 UTC

Plengsengan Ambrol Ancam Jembatan di Mojokerto, Sementara Ditahan Karung Pasir

KARUNG PASIR. Forum Komunikasi Lalu Lintas Mojokerto Raya mengecek kondisi plengsengan di samping jembatan Jalan KH Usman di perbatasan Kota dan Kabupaten Mojokerto yang ditahan dengan karung pasir, Jumat, 19 Februari 2021. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Plengsengan di sisi barat tanggul jembatan Murukan di Jalan KH Usman, Kota Mojokerto, ambrol akibat tergerus aliran Sungai Brangkal. Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRPRKP) Kota Mojokerto sementara melakukan perbaikan dengan memberikan puluhan karung pasir atau sandbag.

Hal ini dilakukan untuk menahan arus air yang bisa menggerus bibir sungai maupun pondasi abutment atau kepala jembatan yang juga tergerus air. Jika abutment yang berfungsi menahan beban jembatan ikut ambrol, maka bisa membahayakan pengguna jalan.

"Kondisi abutment sementara masih aman, masih tertancap buminya ke bawah. Namun demikian, penahan dari pondasi jembatan ini ambrol. Kalau ini ambrol seperti air akan menelikung atau menggerus di bagian belakang abutment," kata Kepala DPUPRPRKP Kota Mojokerto Mashudi, Jumat, 19 Februari 2021.

BACA JUGA: Sepekan Diguyur Hujan, Tujuh Titik Plengsengan Sungai Brangkal Mojokerto Ambrol

Mashudi mengatakan plengsengan yang ambrol di bagian sisi barat jembatan paling parah.

Sehingga dilakukan upaya sementara dengan menambal plengsengan yang ambrol menggunakan karung pasir dan pagar bambu di bagian plengsengan yang ambrol sepanjang 10 meter.

Jembatan setempat merupakan penghubung aktivitas keluar masuk warga Kota maupun Kabupaten Mojokerto yang memiliki panjang 40 meter dan lebar enam meter.

"Sementara segera dilakukan penahan sandbag lantaran masih rawan ambrol. Terlebih sewaktu arus deras, tujuannya supaya tidak sampai terjadi gerusan di belakang abutment, jika terjadi bisa putus," kata Mashudi.

Selain itu, mantan Kepala Dinas Satpol PP Kota Mojokerto itu menyebut arus hidrolik yang tercipta di bawah jembatan menjadi salah satu penyebab kesulitan pihaknya melakukan upaya pembenahan permanen.

Arus hidrolik terjadi karena tumpukan sampah berupa batang kayu, batang bambu, dan pohon pisang yang tersangkut di bagian tengah jembatan.

"Aliran cukup deras, hidrolika ini juga bisa menyebabkan kondisi jembatan berbahaya. Sebab, kita harus menunggu surut dulu untuk pembenahan secara permanen. Jadi kita kordinasikan dengan Satkorlak untuk pembersihan seperti apa," ujarnya.

BACA JUGA: Dua Plengsengan Sungai di Mojokerto Ambrol, Banjir Mengancam Pemukiman Warga

Untuk pembenahan permanen diperkirakan antara April hingga Maret dan masih harus menunggu hasil koordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Sebab plengsengan yang ambrol berada dalam pengawasan BBWS Brantas.

Menurut Mashudi, kontur tanah di sekitar plengsengan sepanjang aliran Sungai Brantas juga sudah mengalami kejenuhan. Sebab beberapa waktu terakhir kondisi banjir mencapai bibir plengsengan. Tak semua tanggul dilakukan plengsengan, hanya beberapa lokasi yang diberi plengsengan.

Sudah ada lima titik plengsengan yang ambles, yakni di wilayah Kelurahan Mentikan, Sinoman, Surodinawan, dan yang terparah di sekitar jembatan Murukan atau jembatan KH Usman.

"Usai surut akan ada pembenahan permanen, apakah BBWS nanti yang akan melakukannya. Tapi jika tidak, maka Pemkot saja yang melakukan pembenahan dari pada aset penting kita hilang," ujarnya.