Rabu, 31 July 2019 06:46 UTC
RIBUAN PENONTON: PIMPFEST yang diselenggarakan sejak Sabtu 27 Juli sampai dengan Selasa 30 Juli telah sukses dilaksanakan dan berhasil menyedot ribuan pengunjung. Foto: Gayuh.
JATIMENET.COM, Ponorogo – Rangkaian acara Ponorogo International Mask and Folklore Festival 2019 (PIMPFEST) yang diselenggarakan sejak Sabtu 27 Juli sampai dengan Selasa 30 Juli telah sukses dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan berhasil menyedot ribuan pengunjung.
Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni mengatakan meski acara ini baru pertama kali digelar namun sudah cukup meriah dan bisa menarik orang luar Ponorogo untuk datang menyaksikan. Bahkan antusiasme dari peserta baik dari luar negeri maupun peserta lokal sangat antusias dan selalu menampilkan penampilan yang berbeda dalam penampilannya.
“Antusiasme utamanya peserta yang dari luar negeri saya lihat cukup antusias, sehingga tiga kali tampil itu tidak ada yang sama,” Kata Ipong, Rabu 31 Juli 2019.
BACA JUGA: Tujuh Negara Ikuti Festival Topeng dan Kesenian Rakyat di Ponorogo
Ipong juga menyampaikan keheranannya terhadap antusiasme para peserta dari luar negeri ini karena mereka itu tidak dibayar. Pemkab selaku penyelenggara hanya menyediakan transportasi dan akomodasi selama ada melakukan pementasan di Ponorogo.
Ia menuturkan jika Pemkab Ponorogo hanya menyediakan uang saku untuk masing-masing peserta dari tujuh negara ini sebesar 110 dolar selama peserta dari 7 negara ini melakukan pementasan di Ponorogo.
“Kenapa itu bisa terjadi? Karena itu sudah dibayar oleh Pemkot Surabaya, jadi kita itu nunut (numpang, red.),” kelakarnya.
Selain itu ini juga berkat koordinasi dengan Conseil International des Organizations de Festivals de Folklore (CIOFF) yang sangat baik sebagai pihak yang memfasilitasi delegasi dari 7 negara tersebut.
BACA JUGA: Kenduri Besar Sebagai Wujud Syukur Warga Bedingin
“Sehingga untuk pengiritan biaya maka CIOFF menyarankan untuk ikut jadwal yang sudah ada, karena kalau mendatangkan langsung akan lebih mahal, kebetulan kita ikut kegiatan setelah mereka pentas dari Surabaya,” imbuhnya.
Padahal jika pemkab Ponorogo ingin menyelengggarakan dengan jadwal yang pemkab inginkan maka pemkab harus merogoh kocek sebesar Rp 3,5 milyar, sedangkan dalam PIMFEST 2019 ini pemkab Ponorogo cukup mengeluarkan Rp 750 juta.
Ipong melanjutkan untuk pementasan tahun selanjutnya pun ia berharap bisa lebih banyak negara lagu yang bisa berpartisipasi. Semakin banyak negara yang ikut Ponorogo juga akan semakin dikenal oleh dunia.
“Peserta luar negeri juga memuji kesenian Reyog yang menurut mereka adalah kesenian yang paling atraktif dan dinamis,” pungkasnya.
