Rabu, 12 August 2020 10:20 UTC
PENGURANGAN. Salah Seorang Petani Tembakau di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo Tengah Menyiram Tanamannya. Foto: Zulkiflie
JATIMNET.COM, Probolinggo - Sulitnya mendapatkan Pupuk ZA bersubsidi dari pemerintah, sangat dirasakan para petani tembakau di Kabupaten Probolinggo. Bahkan, dari informasi keberadaan Pupuk ZA bersubsidi sangat sulit ditemukan petani tembakau di kios-kios penjualan pupuk, sejak awal tanam sekitar Juni 2020 lalu.
Harga Pupuk ZA bersubsidi di pasaran sekitar Rp 200 ribu per kwintal, sedangkan Pupuk ZA non subsidi mencapai Rp 400 ribu. Seperti dikatakan Arjun (54), salah seorang petani tembakau di Desa Karanganyar, Kecamatan Paiton.
Menurutnya sulitnya ketersediaan pupuk, membuat petani kelimpungan. Adapun yang jual pupuk ZA di kios terdekat, adalah Pupuk ZA non subsidi yang tersedia, dimana harganya lebih mahal atau dua kali lipat dari Pupuk ZA bersubsidi.
"Sulit sekarang pak dapat pupuk subsidi, adapun yang jual pupuk non subsidi. Mau belinya susah, mesti keliling kios-kios dulu sampai nemu. Belum lagi sekarang kena dampak Pandemi Covid-19, mau beli apa-apa sulit," katanya, Rabu 12 Agustus 2020.
BACA JUGA: Ekspor Tembakau Jatim Naik
Petani tembakau lainnya, Muksin (55) juga menyampaikan hal yang sama. Sulitnya mendapatkan pupuk subsidi, sangat membingungkan para petani. Padahal setiap tahunnya, petani selalu mengandalkan pupuk subsidi. "Saya mampunya beli pupuk subsidi pak, kalau begini bagaimana nantinya. Waktu murah saja kadang bingung, apalagi kondisinya begini,"terangnya.
Muksin berharap, dengan sulitnya ketersediaan pupuk ZA saat ini, hasil panen tembakau nantinya bisa terjual di pasaran dengan harga mahal. Menyikapi kondisi itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kabupaten Probolinggo, Dwi Joko Nurjayadi menyebutkan sulitnya ketersediaan pupuk di pasaran, akibat adanya pengurangan jumlah suplai pupuk subsidi oleh pemerintah.
Pengurangan dilakukan, lantaran adanya suplai pupuk subsidi selama ini dinilai lebih menguntungkan para petani besar. Dimana para petani besar , turut menikmati pupuk bersubsidi dari pemerintah. "Itulah sebabnya, pupuk subsidi banyak yang malah menguntungkan para petani besar atau petani yang banyak sawahnya," terangnya.
Joko menilai, jika penyaluran pupuk bersubsidi selama ini tidak tepat sasaran. Itu karena banyak petani besar , enggan membeli pupuk nonsubsidi. Petani besar tetap membeli pupuk bersubsidi, yang seharusnya diperuntukan bagi petani kecil.
"Sebenarnya adanya pupuk subsidi ini, tujuannya membantu petani kecil. Namun malah dimanfaatkan petani besar, bahkan sering diborong sampai petani kecil tak kebagian," jelasnya.