Rabu, 12 December 2018 14:41 UTC
Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Syariah BI Bashori (kiri) dan Kepala Departemen Pengembangan UMKM BI Yunita Sari (kanan) saat memberikan keterangan di sela ISEF 2018. Foto: Baehaqi Almutoif.
JATIMNET.COM, Surabaya – Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Anwar Bashori mengaku belum mengetahui potensi omzet ekonomi syariah yang dijalankan pesantren.
“Data Kementerian Agama terdapat 29 ribu pesantren di Indonesia. Tapi menyadarkan mereka untuk masuk ke ekonomi syariah tidaklah mudah. Padahal 80 persen dari 293 juta jiwa penduduk Indonesia yang beragama Islam, butuh produk halal," ujar Anwar di Surabaya, Rabu 12 Desember 2018.
Dari puluhan ribu pesantren di Indonesia, baru 12,5 persen yang mengandalkan usaha dalam melakukan pembiayaan operasionalnya. Sisanya masih menggantungkan diri pada iuran, donasi dan wakaf.
Karenanya, BI berusaha memberikan stimulus dengan pembinaan serta penerbitan instrumen pembiayaan syariah. Tujuannya agar ekonomi syariah di pesantren dapat terus tumbuh.
BACA JUGA: BI Targetkan Perputaran Rp 7 Trilliun Di ISEF
Sampai saat ini sudah 135 pesantren yang jadi binaan BI. Kendati demikian, belum terdeteksi berapa omzet usaha milik pesantren.
"Kami belum tahu secara pastinya (omzet). Kecil memang, tapi sebenarnya bukan kecil, melainkan belum terhitung. Karena banyak pesantren yang keuangannya belum tertata," bebernya.
Penyebabnya adalah masih banyak yang mencampuradukkan antara keuangan unit usaha dengan operasional pesantren. Hal ini yang menyebabkan akuntabilitas pesantren belum tertata dengan baik.
“Ke depan kami akan melakukan pembinaan database, karena yang sekarang ini masih pilot project,” ungkap Anwar.
Di tempat yang sama, Kepala Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia Yunita Sari mengatakan, sebenarnya produk halal kini tengah jadi tren gaya hidup dunia. Berbagai macam komoditi syariah diminati, baik oleh negara mayoritas muslim maupun non muslim.
"Produk halal ini sudah menjadi isu lifestyle. Halal jadi suatu yang dianggap menyehatkan. Bahkan bagi negera yang mayoritas bukan muslim sekalipun,” kata Sari.
BACA JUGA: BI Butuh Tiga Instrumen Untuk Kembangkan Ekonomi Syariah
Potensi tersebut yang saat ini sedang dikerjakan BI untuk menggarap pasar ekspor produk halal. Sari menyebutkan, komoditi seperti kopi, bumbu dapur dan fashion dari Indonesia banyak diminati beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Tengah, seperti Thailand, Dubai, Turkmenistan dan Turki.
"Eropa belum. Sebelumnya Indonesia masih melakukan penjajagan ke Inggris untuk kopi halal. Mereka menyukainya, karena dipandang dengan sertifikasi halal, kopi jadi lebih bersih," tandasnya.
Hanya saja, dari sekian banyak produk halal yang bermain di pasar ekspor, belum ada dari pesantren. Produk pesantren masih untuk memenuhi di dalam dan sekitarnya.