Selasa, 18 May 2021 13:00 UTC
PENYERANGAN. Pelaku penyerangan salah satu pengasuh Ponpes Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo diinterogasi. Sumber: WhatsAppRepro
JATIMNET.COM, Probolinggo – Polres Probolinggo memastikan pelaku penyerangan pada salah satu pengasuh Ponpes Zainul Hasan, Genggong, Kabupaten Probolinggo, KH Ahsan Qomaruzzaman, 32 tahun, mengalami gangguan jiwa dan tak terafiliasi dengan organisasi radikal.
Kasat Reskrim Polres Probolinggo AKP Rizki Santoso saat dikonfirmasi menyanggah isu di media sosial yang menuduh pelaku terafiliasi dengan organisasi radikal.
Rizki mengatakan hasil pemeriksaan terhadap barang-barang milik pelaku dan ponselnya tidak ditemukan bukti apapun yang berkaitan dengan organisasi tertentu.
"Ponselnya sudah kita bongkar dengan melibatkan ahli IT dari intel, tidak ditemukan arah-arah ke HTI," kata Rizki, Selasa sore, 18 Mei 2021.
BACA JUGA: Pengasuh Ponpes Genggong Diserang Orang Tak Dikenal
Rizki menyampaikan bahwa pelaku mengalami gangguan jiwa. Kepastian itu disimpulkan berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan psikolog RSUD dr Mohammad Saleh, Kota Probolinggo.
"Sebelumnya kami telah koordinasi dengan psikolog asal RSUD Saleh, dimana hasilnya demikian. Namun untuk memastikannya, pelaku dibawa ke RSJ Lawang di Malang guna pemeriksaan lanjutan," katanya.
Diberitakan sebelumnya, aksi penyerangan terhadap salah satu pengasuh Ponpes Zainul Hasan, Genggong, KH Ahsan Qomaruzzaman yang akrab disapa Nun Aka dilakukan M Nur Hasan, 28 tahun, warga Desa Brabe, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo.
Aksi penyerangan sempat terdokumentasi dan gambarnya beredar luas lewat pesan berantai di media sosial.
BACA JUGA: Siang Bolong, Pelaku Curanmor Beraksi di Depan Klinik Ponpes Genggong
Dalam rekaman gambar video berdurasi 29 detik itu, pelaku melakukan penyerangan dengan melemparkan piring ke arah Ahsan.
Namun dengan sigap, Ahsan berhasil menangkisnya. Ahsan dibantu santrinya akhirnya berhasil melumpuhkan pelaku dan bisa diamankan.
Di video lainnya, usai diamankan, saat diinterogasi para santri dan seorang kiai, pelaku mengaku dirinya stres dan melakukan aksinya tanpa disuruh siapapun.