Jumat, 29 May 2020 23:00 UTC
TES SANTRI. Fraksi PPP DPRD Jember meminta pemkab melakukan rapid test massal pada santri sebelum masuk kembali. Tampak pondok pesantren Latifiah di Desa Glagahwero, Kec. Kalisat, Jember, yang ditinjau Fraksi PPP, Jumat, 29 Mei 2020.Foto: Faiizin Adi
JATIMNET.COM, Jember – Pemkab Jember diminta untuk menggelar rapid test massal secara gratis kepada para santri yang akan kembali ke pondok pesantren. Hal ini menyikapi wacana hidup normal yang baru yang sedang digodok pemerintah. Salah satu konsekuensinya adalah dimulainya kembali kegiatan belajar mengajar secara langsung di sekolah.
"Kita minta pemkab menggelar rapid test antara lain melalui Puskesmas yang ada di seluruh Jember bagi para santri sebelum mereka masuk. Hanya yang non-reaktif yang bisa kembali ke pesantren. Nanti lewat surat keterangan bahwa non reaktif melalui rapid test,” tutur Ketua Fraksi PPP DPRD Jember Achmad Faeshol saat berkunjung ke Pondok Pesantren Latifiah, Desa Glagahwero, Kecamatan Kalisat, Jember, Jumat, 29 Mei 2020.
Usulan tersebut sudah disampaikan Fraksi PPP melalui surat resmi kepada Bupati Jember Faida. Usul pelaksanaan rapid test dinilai penting untuk mencegah penularan Covid-19 di kalangan pesantren.
BACA JUGA: New Normal bersama Covid, Pemerintah Diminta Perhatikan Pesantren
Di sisi lain, kebijakan meliburkan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan formal sejak sekitar tiga bulan terakhir mulai dirasakan dampak negatifnya bagi kalangan pesantren. Sebab, para santri sebelumnya sudah terbiasa dalam pendidikan pesantren yang cukup ketat.
“Kita dapat keluhan dari para wali santri karena libur terlalu lama. Anak-anak misalnya banyak bermain handphone di rumah yang itu sebelumnya terlarang di pesantren,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Latifiah, Imron Baihaqi.
Kebijakan study from home (SFH) yang diimbau pemerintah dalam praktiknya sulit diterapkan di kalangan pesantren yang kebanyakan berada di desa. “Kendala pertama, santri kami kebanyakan berasal dari keluarga sederhana yang mereka tidak memiliki smartphone yang layak. Kalaupun punya smartphone, banyak yang tinggal di desa yang terpencil dengan kondisi sinyal yang sulit,” kata Imron.
Karena itu, jika kebijakan hidup normal di tengah pandemi Covid-19 diberlakukan, Imron mengaku pihaknya siap menyesuaikan diri dengan protokol pencegahan Covid-19 yang telah digariskan pemerintah.
BACA JUGA: Hasil Rapid Test 31 Santri Ponpes Temboro Reaktif Covid-19
Namun, ia berharap ada bantuan dari pemerintah untuk pemenuhan aspek-aspek yang selama ini dirasa masih cukup sulit. "Jujur saja seperti kamar mandi di pesantren kita masih sulit sesuai protokol. Karena itu kita berharap ada andil dari pemerintah kepada pesantren," kata Imron.
Sebagai catatan, saat ini Pemkab Jember sedang melakukan rapid test massal gratis kepada ribuan pedagang. Sekitar 5 ribu pedagang yang tersebar di 29 pasar di Jember secara bertahap sedang dan sudah menjalani rapid test. Pasar tradisional saat ini sedang ditutup sejak sehari sebelum Lebaran dan baru akan dibuka pada Sabtu, 30 Mei 2020.
Pedagang yang hasil rapid test-nya non-reaktif akan diberi pin khusus sebagai syarat boleh berdagang di pasar. Sedangkan yang hasilnya reaktif disarankan untuk tidak berdagang di pasar.