Kamis, 20 January 2022 06:20 UTC
Warga bersama Forkopimda saat melakukan pemindahan material batu bekas jembatan di airan sungai Pancar Glagas. Foto : Diskominfo.
JATIMNET.COM, Probolinggo - Pembangunan dua jembatan putus terjangan banjir bandang di aliran sungai Pancar Glagas, Desa Gunggungan Kidul, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, anggaran yang dibutuhkan diperkirakan Rp 10 miliar.
Informasi tersebut, disampaikan Hengki Cahyo Saputra selaku Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Kabupaten Probolinggo, Rabu 19 Januari 2022.
Menurut Hengki, selain digunakan biaya pembangunan jembatan, dana 10 miliar tersebut juga untuk perbaikan 4 titik plengsengan di aliran sungai yang hancur, akibat terjangan banjir.
“Estimasi anggaran untuk dua jembatan dan empat titik plengsengan, sekitar Rp 10 miliar . Dimana estimasi anggaran jembatan gantung sepanjang 50 meter kurang lebih Rp 2 miliar dan jembatan beton sekitar Rp 4 miliar , dengan lebar jembatan kurang lebih tiga meter,” katanya.
Baca Juga: Satu Warga Tewas Terseret Banjir Bandang di Aliran Sungai Lereng Argopuro Probolinggo
Hengki menyebutkan, agar jembatan lebih tahan lama, rencana pembangunan dua jembatan bakal didesain dengan struktur bangunan yang permanen, dimana jauh lebih kuat dari sebelum-sebelumnya.
"Untuk desain jembatan di bagian hulu sungai, dipastikan desain jembatan gantung yang paling sesuai. Sedangkan jembatan kedua sepanjang 18 meter , dibutuhkan jembatan beton karena memang sebelumnya seringkali rusak karena hantaman banjir," tuturnya.
Hengki menyampaikan, dua unit jembatan yang pengerjaanya segera dikebut tersebut diantaranya berada di Dusun Pancor Selatan dengan bentang sungai mencapai 50 meter.
Lalu titik kedua berada di Dusun Pancor Utara, dengan bentang sungai mencapai 18 meter. Kedua struktur jembatan tersebut, hanyut terbawa arus banjir bandang.
Baca Juga: Hujan dan Angin Kencang Sebabkan Pohon Tumbang hingga Banjir Bandang
"Untuk perbaikan 4 titik plengsengan yang longsor di bagian hilir, dibutuhkan bangunan pengarah arus sungai (krib). Dengan adanya krib ini, ada arus air yang besar akibat hujan, maka hantaman air tidak langsung menuju tebing lagi, sehingga umur plengsengan atau bronjong bisa tahan lama," jelasnya.
Hengki menjelaskan, untuk kepastian ketersediaan anggaran, pihaknya masih perlu berkoordinasi bersama pemerintah provinsi terkait ketercukupan anggarannya. Oleh karenanya, kolaborasi sumber anggaran APBN, APBD dan dana taktis bencana bisa menjadi solusi.
“Dana taktis ini besarannya hanya sebatas kedaruratan saja. Sedang kami hitung kebutuhan perbaikan darurat, meskipun akses sementara berupa jembatan darurat juga penting bagi masyarakat agar bisa beraktifitas kembali," Hengki memungkasi.
