Logo

Pedagang Pasar Kembang Tuding ada Tebang Pilih Relokasi

Reporter:,Editor:

Minggu, 08 September 2019 04:03 UTC

Pedagang Pasar Kembang Tuding ada Tebang Pilih Relokasi

REHAT. Pedagang Pasar Kembang, Sulton enggan direlokasi ke Pasar Kupang lantaran menuding ada tebang pilih. Foto: Khoirotul Lathifiyah.

JATIMNET.COM, Surabaya – Belasan pedagang bunga di Jalan Pasar Kembang menuding ada tebang pilih yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam relokasi di pasar kembang.

Salah satu pedagang, Sulton (52) mengaku ada beberapa pedagang yang masih diperbolehkan berjualan di tepi Jalan Pasar Kembang. Padahal, jika alasan relokasi karena kemacetan dan mengganggu aktivitas pengguna jalan, harus semua pedagang direlokasi.

“Kenapa dipilih-pilih. Kalau pedagang bunga mengganggu, kenapa yang lain tidak (ditertibkan),” kata Sulton yang mengaku sudah berjualan 30 tahun di Pasar Kembang, saat dijumpai di lapaknya, Minggu 8 September 2019.

Dia merasa zaman Wali Kota Surabaya ke-21, Soenarto Soemoprawiro, pedagang diperbolehkan berjualan di tepi jalan. Sebaliknya, di era Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini justru ada larangan berjualan.

BACA JUGA: Komisi B Mediasi PKL di Taman Simpang dengan Hotel dan Warga

Jika relokasi dengan alasan kemacetan dan kepadatan lalu lintas, pihaknya mempertanyakan rumah makan Apeng dan pedagang lainnya, yang tidak direlokasi dan masih berjualan.

Sebelumnya sejumlah pedagang mengaku telah bernegosiasi dengan lurah dan camat sebelum pindah ke Pasar Kupang, Jumat 13 September 2019 mendatang. Isi negosiasi adalah memperbolehkan berjualan saat malam saja.

Namun faktanya pedagang kerap berjualan dari pagi hingga malam. Menurut Sulton, hal tersebut dilakukan lantaran terkesan ada tebang pilih.

“Seandainya alasan penertiban karena mengganggu masyarakat, kenapa tidak semua pedagang. Padahal di sini namanya adalah Pasar Kembang, pasti berjualan kembang,” tegas dia.

BACA JUGA: Pemkot Surabaya Relokasi RPH ke Tandes pada 2020

Sulton berharap kepada pihak yang bersangkutan, seperti lurah dan camat agar memperbolehkan berjualan hingga masa renovasi benar-benar selesai.

“Harapan saya walaupun siang tidak diperbolehkan, yang penting malam tetap diperbolehkan, kan sama-sama jualan di sini. Kalau menertibkan ya merata, dong,” Sulton menerangkan.

Selain meminta tidak ada tebang pilih, dia berharap relokasi yang baru lebih layak. Menurutnya, tempat relokasi Pasar Kupang, dirasa kurang memadai untuk berjualan.

“Tempatnya kotor, mau ambruk, tempat parkir tidak ada, dan tidak strategis. Sementara pedagang ditaruh di dalamnya, secara acak. Kondisi ini membuat pembeli ragu  untuk masuk,” Sulton memungkasi.