Logo

Pedagang Pasar Benpas Mojokerto Diminta Segera Bongkar Lapak di Relokasi Sementara

Pedagang Pindah di Bangunan Baru Pasar Benpas
Reporter:,Editor:

Senin, 30 November 2020 23:00 UTC

Pedagang Pasar Benpas Mojokerto Diminta Segera Bongkar Lapak di Relokasi Sementara

DIBONGKAR. Lapak sementara pedagang Pasar Benpas diminta dibongkar dan pindah ke bangunan baru Pasar Benpas, Minggu, 29 November 2020. Foto: Karina Norhadini

JATIMNET.COM, Mojokerto – Bekas tempat relokasi sementara lahan Cawisan, Jalan Benteng Pancasila, Kota Mojokerto, tampak kumuh usai ratusan pedagang pindah ke bangunan baru Pasar Benteng Pancasila (Benpas) beberapa waktu lalu. Pasar setempat sempat terbakar tahun 2017 dan dibangun kembali dan selesai tahun 2020.

Pantauan jatimnet.com di lapangan, Senin, 30 November 2020, masih tampak tumpukan sisa sampah dan bahan bangunan yang terbuat dari galvalum, kayu lapis atau triplek, dan seng.

Bahkan, satu pedagang masih menempati salah satu lapak yang semestinya sudah dibongkar. Sujud, warga Lingkungan Tropodo memilih masih menetap di bangunan sementara yang disediakan Disperindag Kota Mojokerto tersebut. Sebab ia merasa jenis usaha yang dimilikinya tak mumpuni jika diletakkan di Pasar Benpas yang baru.

"Saya menetap di sini karena (usaha jasa) tambal ban di jalan. Jadi yang jatah dari pemerintah diisi istri jual minuman. Itu juga pemasukannya enggak bisa diharapkan," kata penambal ban yang dulunya membuka karaoke layar lebar di jalur perencanaan RTH ini, Minggu, 29 November 2020.

BACA JUGA: Pulihkan Ekonomi, Ning Ita Tinjau Pasar Benpas dan Rest Area Gunung Gedangan

Ia mengaku tak mengetahui informasi waktu pembongkaran material lapak miliknya di lahan 2x2 meter tersebut. Ia bahkan mengaku belum menerima surat edaran dari Disperindag terkait batas waktu pembongkaran.

"Katanya besok terakhir dibongkar warung-warung ini (Senin, 30 November 2020). Kalau berita yang jelas dikasi (diberi) edaran. Ini enggak ada, saya tahu dari istri yang jual minuman," katanya.

Kendati demikian, ia tak serta merta tidak mengikuti perintah pemerintah daerah tersebut. Pria pedagang minuman yang akhirnya terpaksa beralih profesi menjadi tukang tambal ban ini memilih untuk membongkar sendiri daripada menyuruh orang lain membongkarnya.

"Bongkar sendiri, pemerintah enggak bantu bongkar. Ya, walau ninggalin kerjaan enggak apa-apa, daripada membayar orang lain bongkar. Dua orang saja Rp210 ribu biayanya, enggak nutut sama pendapatan saya sekarang cuman kisaran Rp150 ribu per hari," kata pria yang juga melayani jasa servis lampu ini.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Mojokerto Ruby mengatakan pembongkaran memang dilakukan akhir November berdasarkan permintaan pedagang.

"Mereka harus bongkar sendiri. Jadi, hanya meninggalkan bangunan aslinya, yang payon (atap dari galvalum) punya kami," katanya saat dikonfirmasi melalui telepon, Minggu malam, 29 November 2020.

Ruby menyebut jika kerangka galvalum yang berdiri di sepanjang lahan Cawisan seluas 18x140 meter tersebut tidak dibongkar, namun akan dialihfungsikan menjadi lahan parkir.

BACA JUGA: Berkonsep Digital, Eks PKL Alun-alun Segera Direlokasi Ke Pasar Modern Benpas

"Kerangka enggak akan kita bongkar, itu nanti rencana akan kita gunakan parkir. Rencana kita rapatkan kalau bisa dikelola warga nantinya. Tapi memang saya lihat seng-seng yang di atas punya kita juga dibongkari," katanya.

Pihaknya berencana memanggil paguyuban pedagang blok Alun-Alun Pasar Benpas yang menjadi korban kebakaran untuk mempercepat pembongakaran masing-masing lapak yang masih tersisa atau belum dibersihkan.

"Yang masih ada aktivitas harus dikosongkan. Sedangkan rencana rapat sama Satpol PP dan Dishub yang terkait peralihan fungsi masih minggu depan atau mungkin kita kembalikan kepada warga tanahnya. Itu tanahnya warga yang kita pinjam, nanti bagaimana keputusan warga," katanya.