Jumat, 06 July 2018 07:45 UTC
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini bersinergi tiga pilar dengan Kepolisian dan TNI untuk menjaga kondusiftas Kota Surabaya. Foto : Istimewa.
Reporter : Fahmi Aziz
Jatimnet.com – Pasca Bom di Pasuruan, Walikota Surabaya Tri Rismaharini makin mensinergikan dengan pihak keamanan, untuk menggelar operasi yustisi. Agar menciptakan Kota Surabaya menjadi aman dan nyaman.
Dari situ, Risma panggilan akrabnya langsung bergegas mengumpulkan tiga pilar membahas keamanan dan ketertiban di Kota Pahlawan (sebutan lain Kota Surabaya).
“Kalau naik bus dari Bangil ke Surabaya, paling hanya 30 menit. Jadi, marilah kita sama-sama menjaga Kota Surabaya ini,” begitu ajakam Walikota Risma kepada tiga pilar dalam rapat koordinasi yang digelar di Graha Sawunggaling, Jumat 6 Juli 2018.
Sinergitas masalah keamanan ini dihadiri Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol, Rudi Setiawan, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak, AKBP Ronny Suseno, Danrem, lurah dan camat serta Babinsa dan Bhabinkamtibmas se-Surabaya.
Kepada ketiga pilar ini, Risma meminta untuk terus menggalakkan pencegahan terorisme dan radikalisme. Ia berharap tindak pencegahan dan sosialisasi aplikasi Sipandu untuk pencegahan terorisme dan radikalisme dilakukan secara intensif.
“Marilah kita sama-sama menjaga keamanan di Kota Surabaya ini. Semoga dengan melakukan sinergitas tiga pilar ini nantinya bisa menekan tindak terorisme dan penyebaran radikalisme,” kata Risma.
Menurut dia, salah satu pencegahan terorisme dan radikalisme itu bisa dilakukan dengan menggalakkan operasi yustisi di berbagai titik di Kota Surabaya.
Bahkan, Wali Kota Risma berharap operasi yustisi itu tidak hanya menyasar perkampungan, namun juga perumahan-perumahan. “Saya juga tidak mau operasi yustisi itu hanya dilakukan di kos-kosan, tapi juga harus dilakukan di pinggir rel kereta api dan pinggir-pinggir sungai,” tegasnya.

Selain itu, ia juga meminta kepada lurah dan camat serta babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk berkoordinasi dalam menggelar pertemuan bersama warga yang sekiranya perlu dihadiri pimpinan tiga pilar. “Tolong dipetakan kecamatan-kecamatan yang perlu didatangi terlebih dahulu, terutama kecamatan yang padat penduduknya,” kata dia.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menilai sudah waktunya untuk maju atau menyerang, karena tidak mungkin terus siaga dan bertahan terhadap ancaman terorisme. Sebab, apabila terus bertahan, maka akan tetap berada di bawah kendali para pelaku teror.
“Kalau kita terus siaga, sampai kapan kita bisa bertahan?. Sudah saatnya kita maju supaya mereka juga mikir kalau mau masuk ke Surabaya. Menyerang tidak harus dengan senjata,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta supaya seluruh jajarannya tidak lengah terhadap ancaman terorisme ini. Orang-orang yang dicurigai harus terus diawasi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Sementara itu, Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan sangat mengapresiasi langkah cepat yang dilakukan Wali Kota Risma dalam mengumpulkan tiga pilar. Sebab, ia menilai Wali Kota Risma sangat peka terhadap tanggung jawab keamanan di Surabaya.
“Begitu melihat di Bangil, Pasuruan, beliau langsung berpikir apa yang harus dilakukan di Surabaya,” kata Kombes Pol Rudi Setiawan.
Jika dianalogikan dalam hitungan perlawanan, lanjutnya, kekuatan dan kewenangan jajaran tiga pilar di Surabaya lebih besar dibanding para pelaku teror. Apalagi, Surabaya merupaka Kota Pahlawan yang mewarisi jiwa-jiwa pejuang.
“Jadi, jiwa-jiwa pejuang harus terus dikobarkan di Surabaya ini. Keamanan di Surabaya adalah tanggung jawab kita bersama dan tiga pilar ini harus selalu menjadi pelopor dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Surabaya,” pungkasnya.