Logo

Para Pencari Suaka di Negeri Mutiara Afrika

Reporter:

Kamis, 27 June 2019 01:30 UTC

Para Pencari Suaka di Negeri Mutiara Afrika

SUAKA. Para pengungsi Kongo mencari suaka. Foto: ACT

JATIMNET.COM, Surabaya - Lebih dari tiga ratus orang memadati Pusat Transit Pengungsi di Sebagoro, Uganda Barat, pada Sabtu 22 Juni 2019 lalu. Mereka adalah orang-orang Kongo yang meninggalkan kampung halamannya di Itari–Republik Demokratik Kongo–wilayah yang tengah berkonflik, berbatasan langsung dengan Uganda Barat.

Upenji James, bocah 14 tahun itu menjadi salah satu bagian rombongan. Ia meninggalkan tempat tinggalnya di dekat Danau Albert, berharap mendapat tempat yang lebih aman di Uganda.

Di tengah keramaian itu, James sebatang kara. “Tahun 2018, aku melihat ayahku dibunuh dengan mata kepalaku sendiri. Aku juga tidak tahu di mana ibu, dan apakah dia aman. Aku diberi tahu soal nenek yang berada di Kongo. Aku rindu mereka semua,” aku James pada Al Jazeera, sebagaimana dirilis Rabu 26 Juni 2019.

BACA JUGA: Harapan Santri Al-Barokah Miliki Pesantren yang Lebih Layak

Melansir Al Jazeera, sedikitnya 300 warga Kongo meninggal dalam konflik dua pekan terakhir. Sekitar 400.000 orang mengungsi. Pecahnya kekerasan terbaru di Ituri adalah bagian dari konflik selama beberapa dekade.

Konflik memuncak antara 1999 dan 2007, menurut PBB lebih dari 60.000 orang tewas. Sepanjang 2017 dan 2018, lebih dari 100 orang tewas dan sekitar 100.000 orang terlantar setelah milisi menjarah dan membakar desa-desa.

Selain pengungsi, Uganda juga tengah menghadapi keadaan ekonomi yang tidak stabil. Badan Pembangunan PBB mencatat, pendapatan perkapita Uganda hanya sebesar US$ 773 pada 2016/2017 atau setara Rp 10 juta per tahun. Jumlah itu membuat Uganda masuk dalam negara berpendapatan rendah berdasarkan standar Bank Dunia, yakni negara dengan pendapatan per kapita per tahun  di bawah US$ 995.

Kemiskinan yang dialami penduduk Uganda pun disertai kerawanan pangan. Tahun lalu, sebagai bentuk dukungan masyarakat Indonesia, Global Qurban hadir di negara mutiara Afrika itu.

BACA JUGA: Asa Suhendra, Penderita Kanker Nasofaring

Siang hari yang terik di awal Juli 2018 kemarin, relawan Global Qurban singgah di Kiryandongo, salah satu kamp pengungsian terbesar di Uganda. Lokasinya berada di sebelah Utara Uganda, di persimpangan perbatasan antara Kongo dan Sudan Selatan.

Tim Global Qurban yang bertugas saat itu mengatakan, kondisi di Uganda saat itu hampir serupa dengan Somalia. Bedanya, pengungsi di Somalia adalah pengungsi internal yang terdesak dalam kemiskinan.

Sementara pengungsi di Uganda adalah pengungsi asal Kongo dan Sudan Selatan. Mereka terdesak dalam kemiskinan, tanpa akses ke air bersih, tanpa tempat tinggal yang layak, hanya mengandalkan makanan dari bantuan kemanusiaan. Uganda juga masih dilanda krisis kesehatan akut. Ebola masih menghantui lebih dari 42 juta penduduknya.