Senin, 15 June 2020 12:20 UTC
PETI KEMAS. Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Foto: pelindo.co.id
JATIMNET.COM, Surabaya – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur Dadang Hardiwan mencatat sepanjang Mei 2020 ekspor Jatim turun drastis. Dibanding bulan April 2020, penurunan terjadi hingga 8,25 persen.
Sedangkan kalau disandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, ekspor di Mei tahun ini turun drastis 30,82 persen. "Penurunan disebabkan kinerja non migas yang merosot pada Mei 2020," ujar Dadang dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 15 Juni 2020.
Turunnya kinerja ekspor non migas pada Mei dibanding April 2020 dipengaruhi turunnya ekspor ikan dan udang yang mencapai 59,45 persen, dari US$97,96 juta menjadi US$ 46,34 juta. Selain itu, penurunan juga terjadi di minyak hewan nabati yang sebesar 21,70 persen dari US$129,77 juta menjadi US$101,62 juta.
BACA JUGA: Imbas Covid-19, Pertumbuhan Ekonomi di Jatim Lambat
Kemudian penurunan juga terjadi pada komoditas kayu dan barang dari kayu sebesar 36,08 persen, yakni US$114,61 juta di April 2020 menjadi US$73,26 juta pada Mei 2020. Kertas dan karton juga turun sebesar 23,47 persen dari US$78,98 juta menjadi US$60,44 juta.
"Perkembangan ekspor ini di tiga tahun terakhir, tahun 2020 dari Januari sampai Maret sebenarnya lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya. Tetapi di April dan Mei (2020) turun lebih rendah dari dua tahun sebelumnya," kata Dadang.
Dadang menyebutkan meski mayoritas komoditas non migas turun, namun ia meyakinkan ada beberapa yang bisa memiliki andil untuk mendongkraknya kembali setelah pandemi di antaranya perhiasan dan permata yang pada Mei 2020 masih kokoh dan justru mampu tumbuh 248,08 persen dibanding bulan sebelumnya.
Tembaga juga mampu tumbuh 18,65 persen. Lalu lemak dan hewan nabati, serta barang dari kayu. "Komoditas itu merupakan andalan Jawa Timur," katanya.
BACA JUGA: Pandemi Covid, Impor Masker ke Jatim Meningkat 634 Persen
Sementara itu, kinerja impor Jatim pada Mei 2020 juga turun 30,21 persen dibanding April 2020. Hal yang sama juga terjadi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang turun 38,70 persen.
Penurunan impor ini, kata Dadang, terjadi baik di migas maupun nonmigas. Pihaknya mencatat migas turun 8,89 persen dan nonmigas 32,40 persen.
Namun penurunan impor ini tidak berpengaruh signifikan pada kinerja neraca perdagangan. BPS Jatim mencatat jika dibanding bulan Mei tahun lalu, neraca perdagangan Jatim defisit US$9,18 juta. Sedangkan periode Januari-Mei 2020 dibandingkan tahun sebelumnya neraca perdagangan Jatim juga defisit US$0,11 milliar.