Logo

Pakar: Masa Transisi di Surabaya Lebih Baik Diperpanjang

Reporter:,Editor:

Senin, 22 June 2020 11:20 UTC

Pakar: Masa Transisi di Surabaya Lebih Baik Diperpanjang

PEMERIKSAAN: Pelaksanaan PSBB pengendara yang melintas, hendak masuk ke Kota Surabaya dilakukan pengecekan di pos check point Jalan Frontage Ahmad Yani Surabaya. Foto: Dokumen

JATIMNET.COM, Surabaya - Masa transisi di Surabaya Raya dijadwalkan selesai Senin 22 Juni 2020, bila mengacu pada akhir masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berakhir 8 Juni 2020 lalu.

Pakar Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair) dr. Windhu Purnomo menyarankan masa transisi di Surabaya Raya diperpanjang, setidaknya dalam 14 hari ke depan.

Catatan Whindu, pada 12-16 Juni rate of transmission (RT) atau angka penularan menunjukkan di bawah satu. Turun dari rata-rata sebelum tanggal 11 Juni berada di atas satu. 

"Jadi 17 juni mulai di bawah satu. Belum (bisa) dilihat hari-hari ini (RT-nya). Kalau sampai 30 Juni berhasil konsisten, 1 Juli bisa masuk ke new normal tapi tetap dengan protokol kesehatan," ujar Whindu, Senin 22 Juni 2020.

BACA JUGA: Surabaya Raya Masih Merah, IDI Jatim Sebut Protokol Kesehatan Masih Rendah

Ia menyarankan, tren ini terus dipertahankan RT tetap di bawah satu selama 14 hari ke depan. Sesuai dengan pedoman Woles Healt Organitation (WHO) dan Bappenas. Caranya dengan menerapkan aturan tegas terkait pelaksanaan protokol kesehatan.

"Teruskan transisinya. Tetap masa transisi dengan pengendalian kepatuhan. Ada sanksi perlu. Jadi perwali ditambahi sanksi dan ditegakkan," terangnya.

Selama ini, kata dia, sanksi dalam peraturan wali kota belum melihatkan keseriusan dalam menegakkan protokol kesehatan. Padahal dengan kedisiplinan mematuhinya, dapat lebih mengontrol menekan angka penyebaran Covid-19.

"Saya pengennya kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan tetap dikontrol, dikendalikan dengan tegas dan ketat oleh pemerintah daerah. Mestinya melalui aturan, salah satunya perwali kalau Surabaya. Cuma perwalinya sama dengan PSBB yang sama sekali tidak mengigit. Tidak membuat orang takut melanggar," katanya.

BACA JUGA: Masa Transisi di Surabaya dan Malang Raya Bisa Lebih Lama dari PSBB

Pengetatan ini, menurut dia, harus dilakukan mengingat angka attack rate atau angka kasus infeksi rata-rata di Surabaya mengalami peningkatan 75 persen. Jika ketika PSBB attack rate-nya 90/100.000, maka ketika masa transisi naik jadi 150,7/100.000.

"Surabaya tertinggi se-Indonesia. Artinya tiap 100 ribu penduduk, 150 orang lebih terinfeksi (COVID-19). Itu masih puncak gunung es," ia mengungkapkan.

Sementara attack rate di Sidoarjo 48,7/100.000, Gresik 30,9/100.000 dan Jatim secara keseluruhan 22,3/100.000. "Semuanya naik pada transisi ini, tapi yang paling tajam Surabaya," kata dia.