Rabu, 15 August 2018 06:14 UTC
Impor bahan konsumsi memberi andil besar terhadap defisit neraca perdagangan di bulan Juli 2018. FOTO: Rochman Arief
JATIMNET.COM, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menyatakan neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 2,03 miliar dolar Amerika Serikat, pada perdagangan Juli. Penurunan ini disebabkan naiknya harga minyak mentah dan hasil minyak gas.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menyatakan nilai ekspor Indonesia pada Juli 2018 mencapai 16,24 miliar dolar AS atau naik 25,19 persen dibandingkan dengan ekspor pada Juni 2018. Demikian juga dibanding dengan Juli 2017 meningkat 19,33 persen.
Sedangkan nilai impor Indonesia pada Juli 2018 mencapai 18,27 miliar dolar AS, atau naik 62,17 persen dibanding Juni 2018. Begitu pula jika dibandingkan Juli 2017 meningkat 31,56 persen.
Defisit perdagangan Juli ini juga dipengaruhi tingginya nilai impor, salah satunya adalah bahan konsumsi. “Kita berharap ada pemulihan di bulan Juli ini, agar kita bisa mencapai surplus seperti Juli tahun lalu,” kata Kecuk, sebagaimana dikutip Antara, abu 15 Agustus 2018.
Naiknya nilai impor migas dan nomigas masing-masing sebesar 475,3 juta dolar AS (22,2 persen) dan 6,52 miliar dolar AS (71,54 persen), turut memberi andil pada neraca perdangan di bulan Juli.
Adapun nilai impor komponen migas, seperti minyak mentah, hasil minyak dan gas masing-masing 81,2 juta dolar AS (15,01 persen), 382,4 juta dolar (28,81 persen), dan 11,7 juta dolar AS (4,29 persen).
Secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit 2,03 miliar dolar AS dipicu oleh defisit sektor migas 1,19 miliar dolar dan nonmigas yang mengalami defisit 0,84 miliar dolar.